Yusril Ihza Mahendra: Sandiaga Kaget Saat Ditanya Format Koalisi

Jumat, 9 November 2018 10:42 WIB

Yusril Ihza Mahendra, ketua partai PBB. Dok. TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra membeberkan hal-hal yang menjadi ganjalan partainya untuk berkoalisi mengusung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di pemilihan presiden 2019. Yusril menilai, Prabowo-Sandiaga tak memiliki format koalisi yang jelas dan bisa menguntungkan partai-partai pendukung di pemilihan legislatif.

Baca: Yusril Pengacara Jokowi, Erick Thohir: Tak Ada Deal Politik

Yusril mengaku pernah diajak Sandiaga menjadi bagian tim pemenangan. Dia pun menanyai Sandiaga bagaimana agar sesama calon anggota legislatif dari partai koalisi tak saling berebut di lapangan. Yusril menyebut, dia sebagai caleg PBB bahkan bisa 'digergaji' oleh caleg Gerindra di daerah pemilihan yang sama.

"Pak Sandi kaget waktu saya tanya begitu. Dia bilang, kami enggak pernah terpikir apa yang disampaikan Pak Yusril ini," kata Yusril kepada Tempo, Kamis malam, 8 November 2018.

Yusril menuturkan, dia memberi tahu Sandiaga bahwa hal tersebut harus dia pikirkan bersama Prabowo sebagai pemimpin koalisi. Kata dia, Sandiaga berjanji akan membicarakan persoalan ini dengan Prabowo.

Mantan Menteri Hukum dan HAM ini mengatakan, sistem pemilu serentak 2019 ini memerlukan formula khusus yang harus dibahas partai-partai yang berkoalisi. Yusril meminta Prabowo dan Sandiaga mencari cara agar partai koalisi tak saling berebut suara di pileg. "Sehingga semua partai happy memperjuangkan Prabowo-Sandi," ujarnya.

Baca: Kubu Jokowi Dekati Yusril Ihza Mahendra Sejak September Lalu

Advertising
Advertising

Format yang adil dan proporsional, menurut Yusril, penting agar partai-partai pendukung juga memperoleh keuntungan dari koalisi. Terlebih calon presiden dan wakil presiden sama-sama berasal dari Partai Gerindra.

Yusril juga mengungkit pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief soal politik dua kaki, yakni membagi kekuatan untuk pileg dan pilpres. Demokrat bahkan membuka peluang dispensasi untuk kadernya di daerah untuk tidak mengampanyekan Prabowo-Sandiaga secara terbuka jika hal tersebut dirasa tak menguntungkan. Semisal, di daerah-daerah yang menjadi kantong suara Joko Widodo. "Keresahan itu ada di dalam koalisi," ujar pakar hukum tata negara ini.

Yusril mengatakan, format yang adil dan proporsional itu juga menyangkut kesepakatan pembagian kursi di Dewan Perwakilan Rakyat setelah pemilu rampung. Dia berujar kursi di legislatif ini penting demi menyokong pemerintahan Prabowo-Sandiaga seumpama memenangi pilpres tahun depan.
<!--more-->

Masalah format koalisi dan kerja sama di pileg ini juga tercantum dalam draf naskah Aliansi Partai Politik Keummatan dalam Rangka Pemenangan Pemilihan Presiden dan Legislatif 2019. Yusril mengatakan, draf itu disusun sejumlah tokoh di rumah ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Abdul Rasyid Syafi'i.

Baca: Yusril Ihza Beberkan Isi Draf Aliansi yang Tak Direspons Prabowo

Yusril mengatakan, draf bertanggal 11 Oktober 2018 diserahkan kepada Prabowo dua hari setelah itu oleh juru bicara Front Pembela Islam Munarman. Draf juga disusun setelah Ketua Majelis Syuro PBB Malam Sabat Kaban (MS Kaban) dan Sekretaris Jenderal PBB Ferry Afriansyah Noer kembali dari menemui pimpinan FPI Rizieq Shihab di Mekkah.

Dalam poin pertama draf yang salinannya diperoleh Tempo, disebutkan bahwa aliansi memandang penting membantu setiap partai politik mendapatkan suara minimal empat persen sesuai ambang batas parlemen atau parliamentary threshold.

Berikutnya, di poin kedua, aliansi memandang perlunya dilakukan pemetaan potensi perolehan suara partai politik di setiap dapil. Tujuannya mengetahui secara lebih mikro jumlah suara yang dapat diraih dari partai pendukung Prabowo-Sandiaga, untuk kemudian menyusun strategi memperluas ceruk suara di dapil yang potensinya kecil.

Yusril mengatakan, perbincangan dengan Sandiaga beberapa waktu lalu tak ada kelanjutannya. Draf aliansi yang diajukan ke Prabowo, kata dia, juga tak mendapat respons. "Terus kalau begitu ditanya sama saya, apa saya mau masuk koalisi, ya ntar dulu dong," kata Yusril.

Sandiaga tak menampik atau membenarkan ihwal adanya draf kesepakatan ini. Sandiaga hanya berujar, dia kini menghormati keputusan Yusril menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf Amin. Kendati begitu, Sandiaga mengatakan akan tetap berkomunikasi dengan elite PBB untuk bergabung dengan koalisi pengusungnya dan Prabowo.

"Kalau PBB-nya kami mengajak untuk terus bergabung. Seandainya bisa bergabung alhamdulillah. Bagi kami dukungan siapapun sangat kami hargai," kata Sandiaga di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu, 7 November 2018.

Berita terkait

PAN Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang Jika PKB dan Nasdem Gabung Koalisi

1 hari lalu

PAN Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang Jika PKB dan Nasdem Gabung Koalisi

Partai Nasdem dan PKB menyatakan akan mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

1 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

2 hari lalu

Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

Berikut tanggapan para pengamat politik dan peneliti soal koalisi Prabowo ke depan yang hampir pasti bakal gemuk.

Baca Selengkapnya

Respons Gerindra soal Keinginan PKS Dikunjungi Prabowo seperti PKB dan NasDem

3 hari lalu

Respons Gerindra soal Keinginan PKS Dikunjungi Prabowo seperti PKB dan NasDem

Dasco mengatakan Gerindra terbuka untuk melakukan dialog mengenai keinginan PKS bergabung ke kubu Prabowo.

Baca Selengkapnya

Soal Peluang PKS Gabung Kubu Prabowo, Politikus PAN Mengaku Senang

3 hari lalu

Soal Peluang PKS Gabung Kubu Prabowo, Politikus PAN Mengaku Senang

Viva Yoga mengatakan PAN tidak keberatan jika nantinya PKS benar akan bergabung.

Baca Selengkapnya

PKS Beri Sinyal Gabung ke Koalisi Prabowo, Gerindra Bilang Belum Pernah Komunikasi Langsung

3 hari lalu

PKS Beri Sinyal Gabung ke Koalisi Prabowo, Gerindra Bilang Belum Pernah Komunikasi Langsung

Dasco juga menyebut, ketidakhadiran Prabowo di acara Halalbihalal PKS tidak dapat dikaitkan dengan sinyal penolakan pada PKS.

Baca Selengkapnya

Yusril dan Gibran Saksikan Wayang Kulit, Angkat Lakon Semar Kembar Sembodro Larung

4 hari lalu

Yusril dan Gibran Saksikan Wayang Kulit, Angkat Lakon Semar Kembar Sembodro Larung

Pertunjukan wayang dengan lakon Semar Kembar Sembodro Larung itu dibawakan Dalang Ki Warseno Slenk. Mengangkat kisah Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Politikus PAN Sambut Baik Keputusan NasDem Merapat ke Prabowo-Gibran

5 hari lalu

Politikus PAN Sambut Baik Keputusan NasDem Merapat ke Prabowo-Gibran

Politikus PAN itu mengaku tidak khawatir jatah kursi untuk partainya di kabinet Prabowo-Gibran akan berkurang.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

5 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo, Politikus Demokrat Anggap Penguatan Koalisi

5 hari lalu

Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo, Politikus Demokrat Anggap Penguatan Koalisi

Menurut Herman, bergabungnya NasDem menandakan koalisi Prabowo-Gibran semakin kuat dan penting untuk membangun kebersamaan.

Baca Selengkapnya