TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir, mengatakan tidak ada kesepakatan politik apapun ketika mengajak Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacara Jokowi - Ma'ruf. Ia menuturkan bergabungnya Yusril dalam kapasitasnya sebagai pengacara profesional.
Baca: Yusril Ihza Mahendra: Rizieq Shihab Pun Tak Bisa Telepon Prabowo
"Tidak ada deal politik, Pak Yusril sudah menyebutkan bahwa posisi beliau itu pribadi," kata Erick kepada wartawan di Hotel JW Marriot, Kamis 8 November 2018 malam.
Yusril, sebelumnya menceritakan ihwal sikapnya yang akhirnya bersedia bergabung sebagai pengacara Jokowi - Ma'ruf di Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019. Yusril mengatakan keputusan itu diambil setelah bertemu dengan Erick di Hotel Mulia, Jakarta. Dalam pertemuan itu, Erick Thohir menanyakan kesanggupan Yusril menjadi pengacara Jokowi - Ma'ruf. Yusril menyanggupi.
Erick pun mengingatkan Yusril, menjadi pengacara Jokowi - Ma'ruf berarti tanpa upah sama sekali alias probono. Sekali lagi Yusril menyanggupi.
Erick lantas menyamakan Yusril dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia yang mendukung Jokowi - Ma'ruf dengan kapasitasnya sebagai individu. Yusril pun sama. Menurut Erick rekam jejak dia di kancah hukum tak perlu lagi diragukan.
Erick mengatakan bergabungnya nama-nama besar ke kubu Jokowi - Ma'ruf merupakan hal positif bagi kubu mereka. Karena ada sebuah kepercayaan secara pribadi kepada Jokowi. "Kepercayaan orang-orang ini bukan hanya kepercayaan semata. Tapi begitu nama besar disandingkan mendukung capres pasti ada resikonya," kata Erick.
Baca: Yusril Ihza Mahendra Kesulitan Menghubungi Prabowo Subianto
Erick mengaku tak ada masalah dengan posisi Yusril yang masih menjadi pengacara Hizbut Thahrir Indonesia (HTI). Menurut dia, setiap orang pasti memiliki visi yang berbeda seiring dengan posisi yang berbeda pula. "Nah itu juga bagian dari profesional saja," kata Erick Thohir