TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo atau Jokowi mengakui perolehan suaranya di Riau tertinggal dari lawannya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia bertekad menambah dukungan untuk Pilpres 2019.
Baca juga: Kecewa kepada Jokowi, Komunitas Ojek Online Dukung Prabowo
Jokowi mengatakan, survei Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menunjukkan tim lawan memperoleh suara 54 persen sementara kubunya hanya mengantongi 42 persen. "Dari survei, kita masih kurang di Sumatera karena sawit dan karet," katanya dalam penutupan rapat kerja Tim Kampanye Daerah Provinsi Riau di Hotel Prime Park, Pekanbaru, Sabtu, 15 Desember 2018.
Jokowi mengatakan, kelapa sawit dan karet sangat dipengaruhi pasar global. Pemerintah sulit untuk mengendalikan harga.
Untuk itu, dia berpesan agar para anggota tim kampanye gencar mengkampanyekan capaian pemerintah terkait kedua komoditas tersebut. Soal kepala sawit, misalnya, pemerintah sudah menerapkan kewajiban bauran minyak sawit dalam solar sebesar 20 persen atau B20. Jokowi mengatakan pemerintah bahkan mencanangkan B100 untuk menstabilkan harga CPO.
Baca juga: PARA Syndicate: Ketokohan Ma'ruf Amin Belum Angkat Elektabilitas
Jokowi juga memberi tahu pemerintah sudah mengambil kebijakan khusus karet. "Aspal semuanya campuran karet," katanya. Namun program itu tak bisa langsung direalisasikan. Butuh sekitar dua tahun untuk membangun fasilitas pendukung seperti pabrik.
Selain itu, Jokowi juga berpesan agar tim kampanye fokus menepis isu-isu yang merugikan kubu mereka. "Masalah PKI, kriminalisasi ulama, antek asing," kata Jokowi menyebutkan isu yang ia maksud.
Meski saat ini kalah, Jokowi optimistis dia bisa meraih dukungan lebih banyak. Dia bahkan menargetkan perolehan suara hingga 60 persen di Pilpres mendatang. Menurut dia, pendukungnya di Riau cukup militan untuk menarik lebih banyak lagi suara.