TEMPO.CO, Bandung-Rekapitulasi suara di Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat memperlihatkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin atau Jokowi-Ma'ruf hanya unggul di 6 kabupaten/kota dari 27 kabupaten/kota seluruh Jawa Barat. Selebihnya suara mereka tertinggal oleh Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Sudah dipastikan hasil perolehan suara untuk semua 27 kabupaten/kota sudah tidak ada selisih, kita sudah sahkan,” kata Ketua KPU Jawa Barat Rifqi Alimubarok di sela rapat pleno rekapitulasi suara Pemilu 2019 di Sekretariat KPU Jawa Barat, Bandung, Senin, 13 Mei 2019.

Baca: Rekapitulasi Nasional, Prabowo Unggul 2.511 Suara di Bengkulu

Jokowi-Ma'ruf hanya unggul di Kabupaten Cirebon (10.878 suara atau 52,75 persen), Kabupaten Cirebon (823.900 suara atau 64,70 persen), Kota Banjar (63.295 suara atau 53,18 persen), Pangandaran (164.073 suara atau 62,86 persen), Indramayu (707.324 suara atau 71,47 persen), serta Subang (537.114 suara atau 57,75 persen).

Adapun Prabowo-Sandiaga unggul di 21 kabupaten/kota di Jawa Barat. Perolehan suaranya bervariasi, dari yang terendah di Kota Bekasi dengan persentase terkecil 54,90 persen (617.907 suara), hingga terbesar 73,76 persen di Kota Tasikmalaya (314.247 suara).

Total perolehan suara pemilihan presiden di Jawa Barat dimenangkan Prabowo-Sandiaga dengan perolehan suara menembus 16,077 juta (59,93 persen). Sedangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf memperoleah 10,75 juta suara (40,07 persen).

Simak: Rekapitulasi Nasional, Jokowi Unggul Tipis di Gorontalo

KPU Jawa Barat sudah menuntaskan rekapitulasi perolehan suara pemilihan presiden, DPD, DPR RI, serta DPRD provinsi. Kendati demikian, rapat pleno rekapitulasi suara hingga saat ini belum beres karena masih menyisakan perbaikan pada data pemilih. “Recananya kalau hari ini semua sudah selesai, dokumen dan administrasinya, maka akan kita sampaikan ke KPU RI untuk dimintai jadwal, kita akan menyampaikan di tingkat nasional,” kata Rifqi.

Rifqi berujar rekapitulasi suara pemilu 2019 di Jawa Barat memakan waktu lama. Perekapan suara, kata dia, cukup melelahkan karena prosesnya cukup panjang serta memakan waktu lama. "Kemampuan kami terbatas, maka banyak petugas yang mengalami sakit dan meninggal dunia. Kita tidak bisa jeda,” kata dia.

AHMAD FIKRI