5 Alasan Reuni 212 Tak Berdampak Elektoral bagi Jokowi - Prabowo

Kamis, 20 Desember 2018 05:38 WIB

Massa mengarak bendera tauhid berukuran raksasa saat ribuan umat muslim mengikuti aksi reuni 212 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Ahad, 2 Desember 2018. Bendera tauhid menjadi isu acara yang diangkat dalam reuni alumni 212 yang kedua kalinya. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan peristiwa reuni 212 tidak berdampak signifikan terhadap elektabilitas kedua pasang calon presiden dan wakil presiden 2019, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Pascareuni 212 elektabilitas kedua capres tidak banyak berubah dan cenderung stagnan," kata Adjie dalam konferensi pers di kantornya, Rawamangun, Jakarta, Rabu, 19 Desember 2018.

Baca: LSI Denny JA: Reuni 212 Tak Pengaruhi Elektabilitas Jokowi

Lembaga ini menggelar survei pada 5-12 Desember 2018 melibatkan 1.200 responden dengan margin of error lebih kurang 2,8 persen. Hasilnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 54,2 persen, Prabowo-Sandiaga 30,6 persen, sedangkan yang belum menyatakan pilihannya 15,2 persen.

Angka-angka tersebut, kata Adjie, tidak berbeda jauh dengan survei LSI Denny JA yang dilakukan pada 10-19 November 2018. Saat itu elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 53,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 31,2 persen dan yang belum punya pilihan 15,6 persen.

Advertising
Advertising

Dari survei ini diketahui pula jika 58,5 persen responden tahu ada peristiwa reuni 212. Sementara 38 persen mengaku tidak tahu dan 3,5 persen tidak menjawabnya.

Baca: Survei: Pemilih Partai Pendukung Prabowo Paling Suka Reuni 212

Adjie menjelaskan ada lima faktor yang membuat reuni 212 tidak memberi dampak signifikan terhadap elektabilitas para capres 2019. Berikut lima faktor tersebut:

- Masyarakat sudah memiliki sikap

Menurut survei LSI Denny JA, mayoritas responden yang mengetahui reuni 212 sudah memiliki sikap yang sulit dipengaruhi oleh simbol aksi tersebut sekaligus pimpinan Front Pembela Islam, Rizieq Shihab, terutama untuk dua hal, yakni ajakan NKRI syariah dan ganti presiden.

Dari responden yang tahu reuni 212, hanya 12,8 persen yang setuju dengan seruan NKRI bersyariah dari Rizieq. Adapun 83,2 persen tetap memilih NKRI berdasarkan Pancasila dan 4,0 persen tidak menjawab.

Selain itu, dari mereka yang tahu reuni 212 sebanyak 43,6 persen mendukung Jokowi di pilpres 2019. Sedangkan yang memilih Prabowo 40,7 persen dan yang tidak menjawab 15,7 persen.

- Ada pemilih Prabowo yang pergi

Menurut Adjie, reuni 212 secara bersamaan membuat ada pemilih yang pergi dan meninggalkan Prabowo. Ia berujar dukungan dari masyarakat yang meyakini bagian dari FPI dan Persaudaraan Alumni 212 ke Prabowo bertambah dari 69,3 persen dan 70,4 persen menjadi 74,8 persen dan 82,6 persen.

Namun reuni 212 membuat pemilih yang berasal dari organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya justru meninggalkan Prabowo. Contohnya, pada survei LSI Denny JA di November 2018, kalangan NU yang mendukung Prabowo sebanyak 30,2 persen tapi kini turun menjadi 28,6 persen.

selanjutnya Tak berdampak pada kepuasan terhadap Jokowi ...

<!--more-->

- Tak berdampak pada kepuasan terhadap Jokowi

Reuni 212 tidak berdampak signifikan karena tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi masih tinggi. Sebanyak 72,1 persen responden merasa puas dan 22,9 persen tidak puas terhadap kerja Jokowi.

- Faktor Ma'ruf Amin

Adjie menuturkan ada faktor Ma'ruf Amin yang menjadi cawapres Jokowi membuat reuni 212 tak berdampak signifikan. Meski Ma'ruf tidak memberi efek elektoral signifikan bagi Jokowi, namun Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia nonaktif itu ampuh sebagai jangkar untuk menarik pemilih muslim.

"Hasilnya 65,8 persen responden setuju jika simbol Islam tidak bisa digunakan untukmu menggerus dukungan ke Jokowi karena cawapresnya pimpinan ulama," ujarnya.

Baca: Sindir Media Lagi, Prabowo Sebut Reuni 212 Dihadiri 13 Juta Orang

- Jokowi beda dengan Ahok

Adjie mengatakan alasan terakhir mengapa reuni 212 tidak ampuh pengaruhi elektabilitas karena Jokowi berbeda dengan mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Berbeda dengan 212 pada 2016 saat itu Ahok menjadi common enemy bagi umat Islam karena dugaan penistaan agama," katanya.

Merujuk hasil survei ini, 74,6 persen responden menyatakan reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi musuh bersama bagi pemilih muslim.

Berita terkait

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

9 jam lalu

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

Sufmi Dasco membantah, ketidakhadiran Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam acara Halalbihalal yang digelar PKS merupakan sinyal penolakan

Baca Selengkapnya

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

11 jam lalu

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan akan terus mempersempit ruang gerak bagi pelaku judi online.

Baca Selengkapnya

Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS, Pengamat Sebut Sinyal Penolakan

11 jam lalu

Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS, Pengamat Sebut Sinyal Penolakan

Pakar menduga, Prabowo belum menemukan titik temu untuk membuka komunikasi dengan PKS.

Baca Selengkapnya

PKS Berharap Prabowo Ajak Gabung Koalisi seperti PKB dan NasDem

12 jam lalu

PKS Berharap Prabowo Ajak Gabung Koalisi seperti PKB dan NasDem

PKS berharap didatangi Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk diajak bergabung ke koalisi pemerintahan mendatang.

Baca Selengkapnya

2 Alasan PPP Belum Putuskan Sikap soal Oposisi atau Koalisi

12 jam lalu

2 Alasan PPP Belum Putuskan Sikap soal Oposisi atau Koalisi

Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP, Mardiono mengungkap alasan partainya belum memutuskan sikap terhadapan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sekjen PKS Beri Sinyal Gabung ke Prabowo: Kami Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

13 jam lalu

Sekjen PKS Beri Sinyal Gabung ke Prabowo: Kami Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

PKS beri sinyal bakal bergabung dengan pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka setelah dua periode berada di luar pemerintah.

Baca Selengkapnya

Anies soal Kemungkinan Jadi Menteri di Pemerintahan Prabowo: Saya Tidak Berandai-andai

16 jam lalu

Anies soal Kemungkinan Jadi Menteri di Pemerintahan Prabowo: Saya Tidak Berandai-andai

Anies Baswedan mengomentari peluang bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai menteri.

Baca Selengkapnya

Belum Siapkan Nama Menteri, NasDem Fokus Dua Hal Ini

16 jam lalu

Belum Siapkan Nama Menteri, NasDem Fokus Dua Hal Ini

Prabowo belum menawarkan kursi menteri, Partai Nasdem fokus pada kepemimpinan ide dan rekonsiliasi.

Baca Selengkapnya

Akhir Politik Jokowi di PDIP

17 jam lalu

Akhir Politik Jokowi di PDIP

Kiprah politik Joko Widodo atau Jokowi di PDI Perjuangan sudah tamat. Mantan Wali Kota Solo itu butuh dukungan partai politik baru.

Baca Selengkapnya

Akui Belum Dapat Tawaran Menteri dari Prabowo, Surya Paloh: Siapa Kita?

17 jam lalu

Akui Belum Dapat Tawaran Menteri dari Prabowo, Surya Paloh: Siapa Kita?

Prabowo belum menawarkan posisi menteri untuk Partai NasDem.

Baca Selengkapnya