Sandiaga: Saya dan Prabowo Bukan Politikus Sungguhan
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Juli Hantoro
Kamis, 22 November 2018 15:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyebut bahwa dirinya dan Prabowo Subianto bukanlah 'true politician' atau politikus sungguhan. Hal itu diungkapkan Sandiaga dalam sebuah acara diskusi ekonomi di bilangan Kuningan, Jakarta pada Kamis, 22 November 2018.
Baca juga: Sandiaga Belum Pastikan Kehadirannya di Reuni 212
"Saya dan Pak Prabowo ini, we are not true politician. Saya lebih ke arah seorang enterpreneur (wirausahawan) dan Pak Prabowo lebih ke soldier (tentara)," ujar Sandiaga di bilangan Kuningan, Jakarta pada Kamis, 22 November 2018.
Untuk itu, ujar Sandiaga, dirinya dan Prabowo tidak akan banyak mengumbar janji di pemilihan presiden 2019 ini. Melainkan, akan lebih banyak bicara gagasan. "Saya hanya akan sampaikan janji kerja dan itu harus tunai," ujar Sandiaga Uno.
Menurut mantan wakil Gubernur DKI Jakarta itu, saat ini banyak politikus yang hanya tebar janji dan tidak menepati. Saat berkunjung ke Aceh, ujar Sandi, dia bertemu dengan seorang warga yang mempertanyakan janji-janji kampanyenya. "Pak Sandi, ini janji beneran atau janji palsu sebagai politisi?," ujar Sandiaga Uno mencontohkan percakapan dengan warga tersebut.
Pernyataan tersebut, ujar Sandi, menunjukkan bahwa masyarakat sudah jengah akan janji kampanye. Namun di lain sisi, ujar dia, masyarakat Indonesia adalah masyarakat permisif yang mudah memaafkan, termasuk memaafkan pemimpin yang tak menepati janji. "Mereka enggak menghukum politisi yang tak tepat janji. Sehingga stigma politisi suka tebar janji dan sedikit delivery itu melekat dan saya pastikan tak masuk stigma itu," ujar Sandiaga.
Sejak masuk politik pada 2015, ujar Sandiaga, dia sudah melakukan riset yang sangat panjang dengan metode kualitatif dan kuantitatif yang terus diuji setiap bulan. Dalam pilpres 2019 ini, ujar Sandi, dia sudah mengunjungi 700 titik dan menyimak lebih dari 1 juta pertemuan. "Hasilnya, banyak saya temukan demam ekonomi, ada yang demamnya sudah sampai terasa ke tulang," ujar Sandi.
Untuk itu, ujar dia, ekonomi akan menjadi fokus utama dan beberapa solusi masalah perekonomian, dia klaim sudah disampaikan dalam berbagai forum oleh Prabowo maupun Sandiaga. "Platform kita adalah ekonomi, karena ekonomi yang mempersatukan, hal lain akan memecah belah kita," ujar Sandiaga.
Baca juga: Sandiaga Akui Tak Mungkin Naikkan Gaji Guru Jadi Rp 20 Juta
Namun, Peneliti Departemen Politik Centre for Stretegic and International Studies (CSIS), Arya Fernandez, menilai kedua pasangan kandidat pilpres 2019, yaitu Jokowi - Ma'ruf dan Prabowo - Sandiaga kehilangan narasi ihwal program yang ditawarkan. Sehingga, kata Arya, yang bermunculan kemudian adalah narasi-narasi bernada marah atau negatif.
Sejumlah pernyataan yang dimaksud antara lain soal tampang Boyolali dari Prabowo, politikus sontoloyo dan politik genderuwo dari Jokowi, tempe setipis kartu ATM oleh Sandiaga dan budek-buta dari Ma'ruf Amin. "Kedua pasangan kehilangan narasi soal program sehingga yang muncul adalah narasi-narasi seperti itu," kata Arya kepada Tempo, Ahad, 11 November 2018.