TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin, mengatakan pemilihan presiden bukan perang, namun memilih pemimpin yang terbaik. Untuk itu, Ma’ruf mengharapkan semua pihak menerima hasil pilihan rakyat, yang nanti akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca juga: Ma'ruf Amin Hanya Menang Tipis di TPS Rumahnya
“Masalah siapa yang menang, siapa yang kalah, itu nanti KPU yang menentukan. Tetapi yang penting, kita semua siap menerima hasil itu. Seperti janji waktu awal bahwa kita siap untuk menerima apapun hasilnya,” kata Ma’ruf kepada wartawan di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin 22 April 2019.
Ma’ruf pun sempat menolak dipanggil sebagai wakil presiden, sebelum hasil real count dari KPU resmi diumumkan. Kendati menurut hasil quick count ia dan Jokowi unggul dengan margin 10 persen dari pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
Ma’ruf mengatakan hal tersebut saat bersilaturahmi dengan Nahdlatul Ulama di kantor PBNU. "Saya meminta kepada kiai dan masyarakat untuk tidak memanggil saya dengan sebutan wapres dulu, karena kita semua masih menunggu penghitungan suara oleh KPU," kata Ma'ruf Amin.
Baca juga: Menang Quick Count, Ma'ruf Amin Syukuran Baca Yasin
Selain itu, kata Ma’ruf Amin perlu ada upaya rekonsiliasi, guna mengutuhkan kembali bangsa. Ia beralasan, keutuhan negara adalah hal utama, ketimbang kepentingan kelimpok atau pihak-pihak tertentu.
“Negara ini, bangsa ini, harus kita nomor satukan, kita jaga keutuhannya. Karena itu seperti pemilu-pemilu, pilpres-pilpres yang lalu, setelah selesai, itu kita tetap utuh kembali, menyatu kembali dan rekonsiliasi,” ujar mantan Rais Aam Nahdlatul Ulama tersebut.