TEMPO.CO, Brebes - Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi meminta masyarakat tidak menolak calon presiden dan calon wakil presiden yang datang untuk berkampanye. “Janganlah... Ini kan pesta demokrasi," kata Jokowi di teras Masjid Agung Brebes, Jawa Tengah, Kamis, 4 April 2019.
Menurut Jokowi, perbedaan itu biasa dan wajar dalam pesta demokrasi. Jangan sampai perbedaan pilihan dalam pemilihan presiden membuat antartetangga tidak saling bicara. Menurut Jokowi, kematangan dalam berdemokrasi itu penting. "Kedewasaan kita semua, para politikus, masyarakat, agar melihat itu. Oh… inilah kematangan kita dalam berdemokrasi."
Baca: Hujan-hujanan Saat Berkampanye, Jokowi Tidak Takut Sakit
Pernyataan Jokowi merupakan tanggapan terhadap calon wakil presiden pasangannya, Ma’ruf Amin yang dihadang saat hendak berziarah ke makam Kiai Suhro, di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, pada Senin, 1 April. Saat hendak berziarah, massa mengerumuni mobil Ma’ruf sembari meneriakan nama Prabowo, dan mengacungkan jari membentuk huruf ‘L’. Ma’ruf dikabarkan tidak tuntas berkampanye di sana.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi - Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto, mengatakan menghadang ulama bukanlah budaya Indonesia. “Kalau kami lihat Kiai Ma’ruf ini kan seorang ulama. Bukan budaya kita menolak seorang ulama,” kata Hasto, di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Selasa, 2 April 2019.
Baca: Jokowi Akan Berduet dengan Megawati ...
Sekjen PDIP ini berharap kontestasi politik dan perebutan kekuasaan tidak menghilangkan martabat bangsa Indonesia yang beradab. Ia mengajak untuk merenungkan hal yang lebih pantas dilakukan terhadap seorang ulama.
Penghadangan pada saat berkampanye ini bukan baru kali ini saja. Sebelumnya kubu lawan Jokowi - Ma'ruf, calon wakil presiden 02, Sandiaga Uno, juga mengalami hal yang sama. Sandiaga tiga kali ditolak. Pertama Sandiaga ditolak berkampanye di Labuhanbatu, Sumatera Utara. Kedua di Sampang, Madura. Dan terakhir di Wonogiri, Jawa Tengah.