TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menilai pemilih yang belum menentukan pilihan akan lebih banyak memilih golput pada Pilpres 2019. "Golput akan tinggi, undecided voters akan tetap menjadi undecided voters," ujar Siti Zuhro saat ditemui Tempo di gedung Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa, 5 Februari 2019.
Hal itu disebabkan oleh isu receh yang saling dilemparkan oleh kubu capres Joko Widodo alias Jokowi dan kubu capres Prabowo Subianto.
Baca: Perludem Klasifikasikan Golput ke Dalam Dua Jenis
Kedua pasangan calon tidak menawarkan program yang menyentuh mereka. "Saling menyerang hanya untuk meningkatkan elektabilitas ternyata itu korelasinya tak positif."
Siti mengakui angka golput tak bisa sama sekali dihilangkan. “Tapi, ya jangan sampai angka golput itu tinggi."
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menargetkan tingkat partisipasi pemilih sebesar 77,5 persen pada Pemilu serentak 2019. Namun, menurut Siti Zuhro, angka golput pada Pilpres tahun ini diperkirakan sekitar 30 persen jika isu receh dari kedua kubu tetap berjalan. "Pastinya yang bisa menggunakan tak sampai 70 persen."
Baca: Sosiolog: Golput Ada karena Krisis Kepercayaan ...
Survei terbaru lembaga Indikator Politik pada Desember tahun lalu menunjukkan indikasi kenaikan angka golput. Dalam sigi itu, responden yang secara tegas menyatakan tidak akan memilih mencapai 1,1 persen. Angkanya naik 0,2 persen dibanding survei dua bulan sebelumnya.
Lembaga Indikator Politik juga memprediksi jumlah riil golput saat ini bisa di atas 20 persen jika kelompok yang belum memutuskan pilihan (9,2 persen) dan pemilih mengambang (14 persen) ikut-ikutan tidak mencoblos.