TEMPO.CO, Jakarta-Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan mengatakan menerima masukkan serta kritikan terkait insiden walkout Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY pada Deklarasi Kampanye Damai, Ahad, 23 September 2018. Meski demikian, Wahyu menyebut KPU telah mengistimewakan SBY dalam acara itu.
"KPU sudah memperlakukan Pak SBY dengan sangat hormat. Pak SBY itu Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI. Maka, kami menghormati secara istimewa," ujar Wahyu di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa, 25 September 2018.
Baca: Demokrat Sebut Langkah SBY Walk Out Jadi Pendidikan Politik
Wahyu menuturkan perlakuan istimewa KPU kepada SBY adalah posisi urutan karnaval kampanye damai. Dia mengatakan SBY dan rombongan diberi urutan ketiga setelah para pasangan capres-cawapres. "Kami hormati urutan beliau ini urutannya ketiga setelah capres 01 dan capres 02," katanya.
Menurut Wahyu posisi karnaval urutan ketiga ini sengaja diberikan mengingat SBY merupakan Presiden ke-6. Hal ini, kata dia, sebetulnya melanggar aturan karena tak sesuai antrean partai. "Jadi kalau ada tuduhan KPU tidak sesuai antrean, ya, kami memang tak sesuai. Kami hormati (SBY), maka kami berikan urutan setelah capres-capres," ucapnya.
Simak: Bawaslu Temukan Indikasi Pelanggaran Penyebab SBY Walk Out
Wahyu menuturkan jika mengikuti urutan nomor urut partai, seharusnya SBY berada di urutan ke-14 dalam karnaval. Sebab, kata dia, dalam penetapan nomor urut, Partai Demokrat mendapat nomor urut 14. "Partai beliau kan nomor 14, ya, berarti urutan karnaval mestinya juga nomor 14," tuturnya.
Deklarasi Kampanye Damai Pemilu 2019 di Monas, Ahad lalu, memang berbuah insiden walkout SBY dari rombongan karnaval. SBY memprotes dan memilih meninggalkan acara karena merasa tak nyaman dengan teriakan pendukung capres nomor urut 1, Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, SBY merasa tidak nyaman karena relawan pendukung Jokowi sempat meneriaki rombongannya. Para pendukung Jokowi disebut meneriaki rombongan SBY dengan yel-yel 'Jokowi Dua Periode.'
Lihat: Soal Walk Out SBY, Demokrat Sebut Jokowi Bisa Didiskualifikasi
"Ketika kami melintas, rombongan pendukung Pak Jokowi meneriaki rombongan Pak SBY secara tidak patut, dan kami anggap itu perlakuan yang tidak sewajarnya," ucap Ferdinand.
Wahyu menganggap tak ada yang salah dalam yel-yel pendukung Jokowi yang menyerukan dukungan dua periode, meski mengganggu SBY. Menurut dia, hal itu merupakan kebebasan berekspresi masyarakat dalam pandangan politiknya. Selain itu, dukungan masyarakat diperbolehkan sebab telah memasuki masa kampanye pada 23 September 2018 itu.