TEMPO.CO, Jakarta - Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin menyiapkan strategi untuk mengantisipasi berkurangnya dukungan dari sejumlah kelompok pemilih. Anggota Tim Penugasan Khusus TKN Jokowi-Ma'ruf, Inas Nasrullah Zubir, mengatakan timnya bakal merangkul kembali kalangan yang kecewa atas terpilihnya Ma’ruf sebagai pasangan Jokowi. “Kami akan rangkul kembali mereka,” ujar Inas, Rabu, 22 Agustus 2018.
Baca: Pilih Ma'ruf Amin, Ini 3 Kantong Suara yang Tinggalkan Jokowi
Pernyataan Inas mengacu pada kelompok nonmuslim, kaum terpelajar, dan pemilih pemula. Hasil riset terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia Denny JA menunjukkan dukungan dari tiga kelompok itu anjlok setelah Jokowi memilih Ma’ruf sebagai calon wakil presiden. Secara personal, elektabilitas Jokowi mencapai 53,6 persen. Namun elektabilitasnya menurun menjadi 52,2 persen ketika disandingkan dengan Ma'ruf. “Ma'ruf menggerus elektabilitas Jokowi," ujar peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby.
Penurunan paling drastis pada tingkat dukungan kelompok nonmuslim. Tingkat elektabilitas Jokowi di kalangan ini semula mencapai 70,3 persen. Namun, saat Jokowi dipasangkan dengan Ma'ruf, angkanya langsung anjlok menjadi 51,1 persen. Di kalangan terpelajar, elektabilitas Jokowi merosot dari 50,5 persen menjadi 40,4 persen. Sedangkan di kelompok pemilih pemula, suara untuk Jokowi tergerus 7,6 persen.
Baca: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Jokowi - Ma'ruf 52,2 Persen
Riset yang dilakukan LSI Denny JA pada 12-19 Agustus lalu itu melibatkan 1.200 responden. Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error kurang-lebih 2,9 persen.
Menurut Inas, selain merangkul tiga kelompok itu, pihaknya mendekati kalangan muslim moderat. Sebab, kelompok ini juga termasuk kalangan yang kurang sepakat atas terpilihnya Ma’ruf. "Mereka takut Ma'ruf akan membawa mereka pada Islam yang fundamental. Padahal kan Ma'ruf orang yang moderat," katanya. Untuk itu, kata Inas, timnya bakal lebih gencar menjelaskan siapa sosok Ma'ruf sebenarnya.
Terpilihnya Ma’ruf sebagai calon wakil presiden Jokowi memang menuai kontroversi. Sebab, selama Ma’ruf memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI), dia beberapa kali memberi pernyataan yang cenderung tidak mendukung gerakan toleransi terhadap kelompok minoritas. Di antaranya larangan terhadap muslim mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Nasrani, menyatakan Ahmadiyah sebagai aliran sesat, dan mendukung pemidanaan terhadap kelompok LGBT. Dia juga salah satu orang di balik gerakan aksi kelompok muslim yang memaksa Basuki Tjahaja Purnama dijerat dengan pasal penistaan agama.
Baca: Politikus PDIP: Koalisi Jokowi Jangan Terlena Survei Pilpres
Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding mengakui butuh kerja keras untuk memulihkan kepercayaan publik. Menurut dia, Jokowi dan Ma’ruf perlu ikut mensosialisasi pemikiran, gagasan, dan sikap mereka kepada kelompok-kelompok itu. “Sehingga tak ada keraguan untuk memilih,” ujarnya.
DEWI NURITA | MAYA AYU PUSPITASARI