Pengamat Sarankan Jokowi Perlu Perhatikan Soliditas Koalisi

Kamis, 25 Juli 2019 21:38 WIB

Capres nomor urut 01, Jokowi (tengah) berjabat tangan dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) disaksikan KH Ma'ruf dalam keterangan pers hasil quick count Pemilu 2019 Poltracking Indonesia di Jakarta Teater, Jakarta, Rabu, 17 April 2019. Berdasarkan hasil hitung cepat, sementara ini Jokowi unggul atas Prabowo. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai Presiden Terpilih Joko Widodo alias Jokowi perlu memperhatikan soliditas koalisinya setelah merebaknya isu keretakan pascapertemuan Teuku Umar vs Gondangdia. Menurut Adi, kegaduhan koalisi akan mengganggu Jokowi dalam menyusun dan menjalankan pemerintahannya ke depan.

"Jokowi tentu sangat perlu memperhatikan soliditas koalisi demi mempermudah merealisasikan janji politiknya," kata Adi kepada Tempo, Kamis, 25 Juli 2019.

Adi menuturkan, dua pertemuan berbeda, yakni Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, serta pertemuan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan tiga ketua umum partai, telah menandakan potensi goyahnya koalisi Jokowi.

Megawati dan Prabowo bertemu di rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat pada Rabu kemarin, 24 Juli. Sedangkan Surya Paloh, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suharso Monoarfa berlangsung Senin, 22 Juli di DPP Nasdem, Gondangdia, Jakarta Pusat.

"Pertemuan Gondangdia dan pertemuan Teuku Umar Megapro (Megawati-Prabowo) tentu menjadi tanda jelas soal potensi goyahnya koalisi pendukung Jokowi," kata Adi.

Advertising
Advertising

Pemicunya, kata Adi, PDIP dan keempat partai lain berbeda pandangan dalam memperlakukan pihak ketiga, yakni Partai Gerindra. Grup Gondangdia tegas tak mau Gerindra masuk koalisi Jokowi. "Sementara Teuku Umar terlihat membuka hati untuk mengajak Gerindra."

Adi menyebut 'perang saudara' di internal koalisi memang menjadi fenomena biasa di pemilihan umum pascareformasi. Dia mengatakan desain politik yang ada memang memungkinkan insoliditas internal koalisi karena banyaknya kolam kepentingan di dalamnya.

Dalam konteks periode kedua pemerintahan Jokowi, kata Adi, basis koalisi Jokowi berpotensi rapuh. Sebab, partai politik cenderung bermanuver masing-masing demi kepentingan pemilihan presiden 2024. "Mereka ini akan melakukan apa saja untuk membangun citra positif sebagai pemosisian lima tahun mendatang."

Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko tak menampik pergerakan para pimpinan partai bisa mengganggu kekompakan dalam koalisi. Namun dia mengklaim soliditas partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja itu masih terjaga.

"Sampai saat ini kami masih meyakini penuh bahwa koalisi yang terbangun cukup baik," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 25 Juli 2019.

BUDIARTI UTAMI PUTRI | AHMAD FAIZ

Berita terkait

Terkini: Pesan Jokowi ke Bos Apple dan Microsoft hingga Kisruh Penutupan Pabrik Sepatu Bata

18 menit lalu

Terkini: Pesan Jokowi ke Bos Apple dan Microsoft hingga Kisruh Penutupan Pabrik Sepatu Bata

Berita terkini ekonomi dan bisnis pada Selasa siang, 7 Mei 2024, dimulai dari pesan Presiden Jokowi saat bertemu dengan bos Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Fenomena Pabrik Tutup sejak Awal Tahun, Jokowi: Mungkin Efisiensi, Kalah Bersaing..

45 menit lalu

Fenomena Pabrik Tutup sejak Awal Tahun, Jokowi: Mungkin Efisiensi, Kalah Bersaing..

"Karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," kata Jokowi soal fenomena pabrik tutup.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

57 menit lalu

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Anggukan Jokowi soal Disebut Jadi Penjembatan Prabowo-Megawati

1 jam lalu

Anggukan Jokowi soal Disebut Jadi Penjembatan Prabowo-Megawati

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengungkapkan Presiden Jokowi yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Megawati dan Prabowo

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

1 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

2 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Respons Rencana Prabowo Tambah Kementerian hingga 40

2 jam lalu

Jokowi Respons Rencana Prabowo Tambah Kementerian hingga 40

Orang-orang dekat Prabowo menceritakan bahwa Prabowo berupaya membangun koalisi besar untuk menguasai DPR.

Baca Selengkapnya

Seputar Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

2 jam lalu

Seputar Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

Jokowi mengharapkan pembukaan Indonesia Digital Test House (IDTH) di BBPPT dapat memperkuat ekosistem digital lokal. Berikut hal-hal seputar IDTH.

Baca Selengkapnya

Seloroh Jokowi saat Ditanya Parpol Baru setelah Tak Diakui PDIP

3 jam lalu

Seloroh Jokowi saat Ditanya Parpol Baru setelah Tak Diakui PDIP

Sebelumnya, Kabar Jokowi bukan lagi anggota PDIP disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sepakat dengan Luhut soal Jangan Ada Orang Toxic di Kabinet Prabowo

3 jam lalu

Jokowi Sepakat dengan Luhut soal Jangan Ada Orang Toxic di Kabinet Prabowo

Presiden Jokowi setuju dengan usul yang menyebut Presiden terpilih Prabowo Subianto tak perlu membawa orang 'toxic' masuk kabinet.

Baca Selengkapnya