Kekhawatiran NasDem Jika Banyak Partai Merapat ke Jokowi

Sabtu, 29 Juni 2019 12:23 WIB

Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan (paling kiri), pengamat politik Tony Rosyid, moderator Ichan Loulembah, politikus Partai NasDem Taufiqulhadi, dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 29 Juni 2019. TEMPO/Budiarti Utami Putri.

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat (NasDem) Taufiqulhadi mengkhawatirkan rencana bergabungnya partai-partai pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke koalisi Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin. Taufiqulhadi mengatakan, bergabungnya partai-partai koalisi lawan ke koalisi pemerintah belum tentu meniadakan masalah.

Baca: NasDem Selesaikan Sengketa Internal Caleg di Mahkamah Partai

Dia khawatir penambahan anggota koalisi Jokowi ini malah berpotensi memicu pembelahan di kabinet nantinya. "Bisa-bisa muncul pembelahan, itu yang kita khawatirkan. Menurut saya itu tidak baik buat koalisi Pak Jokowi sendiri," kata Taufiqulhadi dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 29 Juni 2019.

Isu merapatnya partai pengusung Prabowo ke koalisi Jokowi ini kian berembus setelah putusan Mahkamah Konstitusi ihwal sengketa hasil pemilihan presiden 2019. Menyusul putusan ini, Prabowo juga telah resmi membubarkan koalisinya dan mempersilakan setiap partai menentukan sikap politik ke depan.

Menurut Taufiqulhadi, kecuali Demokrat, partai-partai koalisi Prabowo tak akan mendapat keuntungan jika merapat ke pemerintahan Jokowi. Adapun Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional, kata dia, akan lebih kuat jika tetap berada di luar pemerintahan.

"Kalau Demokrat kan sejak awal sikap politiknya beda. Bahkan sejumlah kader memasang gambar Jokowi untuk mendapatkan efek ekor jas," ujar anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat ini.

Advertising
Advertising

Selain itu, Taufiqulhadi menilai bersatunya partai-partai ke koalisi Jokowi tak akan baik bagi konsolidasi demokrasi ke depan. Dia menyinggung ihwal pentingnya fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintah.

"Kalau itu terjadi tidak baik bangsa Indonesia dan bagi konsolidasi demokrasi, karena tidak ada lagi kelompok yang merasa terwakili sebagai oposisi," ucapnya.

Pengamat politik Tony Rosyid mengaku sepakat ihwal potensi pembelahan ini. Menurut dia, pertengkaran justru akan terjadi di internal koalisi apabila tak ada oposisi. "Semuanya akan terbelah kalau tidak ada sparring partner," kata dia di lokasi yang sama.

Tak cuma pertimbangan konsolidasi demokrasi, Tony berpandangan suara konstituen mesti menjadi perhatian setiap partai yang akan menentukan sikap politiknya ke depan. Menurut dia, konstituen memilih partai dengan konsekuensi logis bahwa pihak yang kalah akan berada di luar pemerintahan.

Baca: NasDem Dukung Jika PDIP Tunjuk Puan Maharani Jadi Ketua DPR

"Konstituen memilih itu sudah tahu konsekuensinya. Idealnya kalau kalah ya jadi oposisi," ujarnya.

Berita terkait

Relawan Tak Menolak Partai Pendukung Anies Gabung ke Pemerintahan Prabowo

4 menit lalu

Relawan Tak Menolak Partai Pendukung Anies Gabung ke Pemerintahan Prabowo

Relawan tak menolak jika partai pendukung Anies-Muhaimin ingin bergabung dengan pemerintahan baru Prabowo - Gibran.

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

30 menit lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

1 jam lalu

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

Pengajuan nama Budi Gunawan oleh Jokowi, kata narasumber yang sama, bertujuan untuk meluluhkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca Selengkapnya

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

2 jam lalu

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

Luhut menyebut istilah toxic saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang pemerintahan mendatang. Siapa yang dimaksud Luhut?

Baca Selengkapnya

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

17 jam lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

21 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

1 hari lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

1 hari lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

1 hari lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya