Pengamat: Prabowo Tak Bisa Lepas Tangan terhadap Aksi 22 Mei

Sabtu, 18 Mei 2019 11:06 WIB

Gestur calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto saat memberikan sambutan dalam acara yang bertajuk Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019. Dalam acara tersebut, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi membeberkan sejumlah bukti yang diklaim sebagai kecurangan dalam Pilpres 2019. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah elemen masyarakat meminta calon presiden Prabowo Subianto melarang para pendukungnya melanggar hukum dalam aksi yang kemungkinan akan digelar saat pengumuman hasil rekapitulasi perhitungan suara pemilihan presiden, 22 Mei nanti. Prabowo diminta mewanti-wanti agar pendukungnya tak memprovokasi atau terprovokasi hingga berbuat nekat.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini berpendapat pasangan calon presiden-wakil presiden dan elite tak boleh lepas tangan terhadap apa yang mungkin dilakukan para pendukung. Titi berujar, mereka harus ikut bertanggung jawab mendinginkan situasi.

"Mereka harus ikut mengemban tanggung jawab terhadap bagaimana situasi dan kondisi yang berkaitan dengan sikap dan perilaku para pendukung," kata Titi kepada Tempo, Sabtu, 18 Mei 2019.

Hal ini disampaikan Titi sekaligus mengomentari narasi-narasi siap berbuat nekat yang beredar di media sosial. Salah satunya ialah unggahan Instagram story oleh akun ikhwan_mr212.

Beberapa hari lalu, akun tersebut mengunggah foto seorang remaja laki-laki berpakaian putih. Si pembuat story menulis dirinya "mencium bau surga di tanggal 22 Mei 2019". Dia juga mengaku rela jika "menjadi salah satu yang gugur dalam perjuangan di tanggal 22 Mei 2019". Akun itu kini tak lagi ditemukan dalam kolom pencarian di Instagram.

Advertising
Advertising

Titi mengatakan para pendukung memiliki fanatisme dan militansi dukungan yang besar. Menurut dia, paslon dan elite di sekitar mereka harus menetralisasi keadaan agar fanatisme dan militansi itu tak berujung pada aksi nekat yang melanggar hukum.

Titi mengatakan, menggelar aksi dan menyampaikan pendapat memang hak setiap warga negara yang dijamin dalam konstitusi. Namun di sisi lain, narasi-narasi tak percaya hukum yang dibangun kubu Prabowo dapat diartikan lain oleh para pendukung di lapangan. "Narasi itu, kan, bisa dimaknai secara berbeda di lapangan," ucap Titi.

Pendiri Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) Hadar Nafis Gumay berpendapat senada. Hadar mengatakan, Prabowo-Sandiaga perlu memberikan pernyataan tegas agar para pendukung mereka tak berbuat nekat. Di sisi lain, dia juga melihat bahwa ada kelompok-kelompok yang menjadi penumpang gelap mencari momentum 22 Mei sebagai ajang membuat kekacauan.

"Mungkin ada yang punya perjuangan sendiri, kelompok radikal misalnya, tapi mereka melihat momennya sekarang karena ada elite yang ikut di pemilu sekarang membuka ruang untuk itu," kata dia.

Hadar menjelaskan yang dia maksud membuka ruang yakni pernyataan para elite soal tak percaya lagi pada jalur Mahkamah Konstitusi untuk menyikapi hasil pemilu. Sebaliknya, para elite melontarkan narasi soal people power dan kedaulatan rakyat. Hadar menilai narasi itu menjadi semacam ajakan atau imbauan kepada para pendukung untuk aksi-aksi yang berpotensi tak taat aturan.

"Mereka (elite) juga yang membuka itu, jadi mereka juga yang bertanggung jawab untuk menghentikan itu," ucap Hadar.

Hadar berpesan kepada masyarakat agar melawan gagasan-gagasan keliru yang dilontarkan para elite. Dia meyakini masyarakat sebenarnya punya kekuatan untuk tak mengikuti narasi-narasi yang tak tepat tersebut.

Dia mewanti-wanti masyarakat, terutama pendukung para paslon untuk memikirkan betul-betul setiap tindakan. Kata Hadar, jangan sampai lantaran gagasan yang keliru masyarakat lantas tak punya etika, gampang diadu domba, dan berbuat nekat.

"Saya juga berharap para petugas keamanan tangkas, tapi jangan mudah terbawa emosi," kata Hadar yang juga merupakan mantan komisioner KPU ini.

Titi dan Hadar sepakat bahwa Pemilihan Umum 2019 ini menjadi pertaruhan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi. Mereka juga mengingatkan sudah ada mekanisme yang mengatur bagaimana menyalurkan keberatan terkait proses dan hasil pemilu.

Titi mengimbuhkan, semangat dan antusiasme pemilu damai yang digaungkan di awal perhelatan ini hingga hari pemungutan suara 17 April lalu seharusnya terus menjadi komitmen semua pihak, demi menjaga mutu demokrasi dan keutuhan masyarakat Indonesia.

"Sebagian besar tanggung jawab itu terletak pada elite karena mereka yang bisa menggerakkan para pendukung dan simpatisan agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan demokrasi," ujarnya.

Berita terkait

Peluang PKB Masuk Koalisi Prabowo, Muhaimin Iskandar: Tunggu Sampai Oktober

3 jam lalu

Peluang PKB Masuk Koalisi Prabowo, Muhaimin Iskandar: Tunggu Sampai Oktober

Muhaimin Iskandar bakal menentukan sikap partainya bergabung atau tidak dalam koalisi Prabowo pada Oktober mendatang.

Baca Selengkapnya

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

5 jam lalu

Alasan PAN Siapkan Eko Patrio sebagai Calon Menteri Kabinet Prabowo

Eko Patrio dianggap telah berhasil memimpin PAN untuk meraih kursi dalam DPRD DKI Jakarta dan DPR RI.

Baca Selengkapnya

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

7 jam lalu

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

Politikus Gerindra mengatakan belum ada komunikasi langsung dari PKS untuk bergabung dengan koalisi Prabowo.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Lengkap Jubir Prabowo Soal Presidential Club

8 jam lalu

Penjelasan Lengkap Jubir Prabowo Soal Presidential Club

Presidential club adalah istilah yang bisa disematkan untuk silaturahmi para mantan presiden dengan presiden yang sedang menjabat.

Baca Selengkapnya

Luhut Diminta Klarifikasi Soal Orang Toksik di Pemerintahan Prabowo: Agar Tak Ada Tuduhan

9 jam lalu

Luhut Diminta Klarifikasi Soal Orang Toksik di Pemerintahan Prabowo: Agar Tak Ada Tuduhan

Menurut pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, ada kemungkinan Luhut merujuk kepada figur atau kelompok tertentu melalui pernyataan tersebut.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Jubir Luhut Soal Orang "Toxic" di Pemerintahan Prabowo-Gibran

10 jam lalu

Penjelasan Jubir Luhut Soal Orang "Toxic" di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Juru bicara Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan maksud dari orang toxic dalam pemerintahan. Sebelumnya, Luhut menyebut istilah itu saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

11 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Demokrat Bilang Prabowo Sedang Mendesain Struktur Kabinet, Sebut Ada Rencana Pemisahan Kementerian

12 jam lalu

Demokrat Bilang Prabowo Sedang Mendesain Struktur Kabinet, Sebut Ada Rencana Pemisahan Kementerian

Partai Demokrat sedang menyiapkan kadernya untuk menjadi menteri di kabinet Prabowo.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan

13 jam lalu

Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan

Pengamat politik menilai, gagasan Presidential Club Prabowo mungkin saja hasil dari melihat transisi kepemimpinan Indonesia yang seringkali ada ketegangan.

Baca Selengkapnya

Demokrat Wanti-wanti Jangan Ada Partai di Pemerintahan Prabowo tapi Terasa Oposisi

16 jam lalu

Demokrat Wanti-wanti Jangan Ada Partai di Pemerintahan Prabowo tapi Terasa Oposisi

Demokrat mewanti-wanti agar tak ada partai di pemerintahan rasa oposisi.

Baca Selengkapnya