Survei Cyrus Network: Perang Udara Tak Efektif Menambah Suara

Reporter

Dewi Nurita

Jumat, 1 Maret 2019 05:27 WIB

Ilustrasi e-Pemilu, para pemilih membawa e-KTP untuk memilih calon pemimpinnya. Kredit: Humas BPPT

TEMPO.CO, Jakarta - Hari H pemilihan presiden tinggal 45 hari lagi. Hasil survei Cyrus Network menunjukkan, 'perang di udara' merupakan lini yang sudah terihat mencapai titik jenuh dan hanya terlihat sekadar riuh. Perang di media sosial ini dianggap tak efektif untuk menambah suara di Pemilu 2019.

Baca juga: Golput Pemilu 2019 Tidak Akan Besar

Survei Cyrus Network memperlihatkan, bahwa hanya sekitar 40 persen pemilih yang terkoneksi dengan informasi di telapak tangan mereka, baik itu media sosial maupun aplikasi pesan berantai seperti whatsApp dan Line. Sisanya, 60 persen populasi belum bersentuhan dengan sumber-sumber informasi.

"Di media sosial paling tenar, facebook misalnya hanya diakses oleh 32 persen populasi dan WhatsApp dimiliki oleh 33 persen populasi pemilih. Sementara Twitter yang tampaknya selalu paling heboh, hanya diakses oleh 4 persen populasi saja," Chief Executive Officer (CEO) Cyrus Network, Hasan Nasbi lewat keterangan tertulis pada Kamis, 28 Februari 2019.

Dari jumlah itu, hanya 13 persen responden (40 persen dari pengguna Facebook) mengaku aktif menyebarkan pesan politik di Facebook. Begitu juga di WhatsApp, hanya 8,8 persen lresponden (28 persen dari pengguna WhatsApp) yang mengaku aktif menyebarkan pesan-pesan politik di aplikasi chatting tersebut. Sisanya sudah berhenti atau tidak peduli sama sekali.

"Setelah kira-kira hampir lima tahun tensi politik yang amat tinggi, ternyata tidak sampai 50 persen pengguna medsos atau aplikasi pesan terlibat secara aktif menyebarkan pesan-pesan politik," ujar Nasbi.

Advertising
Advertising

Hal ini, menurut dia, menunjukkan bahwa keriuhan politik di media sosial dan pesan berantai sudah tidak lagi efektif menambah audience atau menambah suara. Melainkan hanya sekadar untuk mempertahankan isu. "Temuan kami, orang yang aktif di media sosial merasa kelompoknyalah yang paling dominan ditemui di media sosial maupun pesan berantai. Angkanya di atas 70 persen. Artinya, orangnya itu-itu saja," ujar Nasbi.

Nasbi menuturkan, jika hanya setengah dari 40 persen ceruk yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan suara di tengah ketegangan politik yang bisa dioptimalkan, itu artinya hanya sekitar 20 persen dari total keseluruhan populasi.

Baca juga: Soal WNA Masuk DPT Pemilu 2019, Ini Penjelasan KPU Cianjur

Lalu di mana ceruk yang belum optimal? Dia menilai, kelompok masyarakat yang tidak terkoneksi dengan riuh rendah kampanye politik di telapak tangan masih bisa dioptimalkan. Jumlahnya 60 persen populasi. "Kelompok ini yang seharusnya disentuh secara optimal," ujar Nasbi.

Berita terkait

Survei Pilwalkot Bogor 2024: Elektabilitas Sekpri Iriana Jokowi Buntuti Petahana Dedie A Rachim

3 hari lalu

Survei Pilwalkot Bogor 2024: Elektabilitas Sekpri Iriana Jokowi Buntuti Petahana Dedie A Rachim

Ada sejumlah tokoh yang didagang mau dalam Pilwalkot Bogor 2024, termasuk Sekpri Iriana Jokowi dan eks Wakil Wali Kota Bogor.

Baca Selengkapnya

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

4 hari lalu

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

Partai Golkar menerapkan aturan ketat bagi para kandidat yang akan diusung sebagai calon kepala daerah dalam kontestasi Pilkada 2024

Baca Selengkapnya

Google Form, Apa Saja Fungsinya?

12 hari lalu

Google Form, Apa Saja Fungsinya?

Google Form platform online yang memungkinkan pengguna untuk membuat formulir, survei, kuis, dan polling

Baca Selengkapnya

Fakta Tentara AS Hilang di Hutan Karawang dan Ditemukan Meninggal

12 hari lalu

Fakta Tentara AS Hilang di Hutan Karawang dan Ditemukan Meninggal

Kapuspen TNI Mayjen Nugraha Gumilar mengatakan tentara Amerika tersebut ditemukan sudah dalam keadaan meninggal di hutan Karawang.

Baca Selengkapnya

KPK Tak Dipercayai Publik, IM57: Sudah Direncanakan untuk Pembubaran

13 hari lalu

KPK Tak Dipercayai Publik, IM57: Sudah Direncanakan untuk Pembubaran

IM57+ Insitute merespon temuan survei Indikator Politik Indonesia soal kepercayaan publik kepada KPK. KPK, lembaga paling tidak dipercaya publik.

Baca Selengkapnya

Survei Indikator: 55,1 Persen Pendukung PDIP Tidak Setuju PSU Tanpa Prabowo-Gibran

13 hari lalu

Survei Indikator: 55,1 Persen Pendukung PDIP Tidak Setuju PSU Tanpa Prabowo-Gibran

Sebanyak 55,1 persen pendukung PDIP tidak setuju dengan PSU tanpa Prabowo-Gibran. Begini rinciannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

14 hari lalu

Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

Penutupan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara diperpanjang hingga Senin, 22 April 2024 akibat erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Survei LSI: Kepercayaan ke MK Naik Jadi 73 Persen Efek Sidang Sengketa Pilpres

16 hari lalu

Survei LSI: Kepercayaan ke MK Naik Jadi 73 Persen Efek Sidang Sengketa Pilpres

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, menyebut hasil survei menunjukkan MK mengalami tren peningkatan efek sidang sengketa hasil pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Kecanggihan Rudal dan Drone Iran hingga Warga Israel Ogah Balas Iran

17 hari lalu

Top 3 Dunia: Kecanggihan Rudal dan Drone Iran hingga Warga Israel Ogah Balas Iran

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 17 April 2024 diawali oleh kabar kecanggihan drone dan rudal Iran yang mampu lewati dua negara sebelum tiba di Israel

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

18 hari lalu

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

Hari ini, 17 April 2019 atau Pemilu 2019 pertama kali Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dilakukan secara serentak.

Baca Selengkapnya