Munas Alim Ulama NU Dinilai Serupa dengan Munajat 212

Reporter

Dewi Nurita

Kamis, 28 Februari 2019 06:34 WIB

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu, 27 Februari 2019. Presiden juga mengakui kontribusi NU untuk keutuhan bangsa Indonesia. ANTARA/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai acara Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama (Munas Alim Ulama NU) di Kota Banjar, Jawa Barat, serupa dengan acara Munajat 212 di Monas, beberapa waktu lalu.

Dua acara ini dinilai sebagai ajang konsolidasi dukungan untuk pasangan calon yang akan berlaga di pemilihan presiden 2019. Munas Alim Ulama NU untuk konsolidasi dukungan paslon 01 Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin. Sementara Munajat 212 dinilai menjadi ajang konsolidasi dukungan paslon 02 Prabowo Subianto.

"Menjelang pemilu, banyak sekali ormas Islam yang mengadakan acara kebangsaan atau doa bersama, yang sebenarnya ajang konsolidasi dukungan terhadap capres," ujar Adi saat dihubungi Tempo pada Rabu, 27 Februari 2019.

Menurut Adi, hal ini tidak bisa ditutup-tutupi karena acara skala besar ini digelar dalam momentum politik seperti ini. Khusus untuk Munas Alim Ulama NU yang dibuka Presiden Jokowi kemarin, Adi membeberkan dua indikasi bahwa acara tersebut tak lain sebagai ajang konsolidasi dukungan untuk Jokowi, yang ujung-ujungnya berharap dampak elektoral di Jawa Barat.

Pertama, ujar dia, NU sejak awal sudah punya kecenderungan terhadap Jokowi karena faktor Ma'ruf Amin yang merupakan bekas Rais Am PBNU. "Jadi, tanpa dukungan formal sekalipun, banyak tokoh dan aktivis NU yang mendukung petahana."

Kedua, acara tersebut digelar di Jawa Barat yang merupakan 'wilayah basah', yang menjadi rebutan dua kandidat karena jumlah penduduknya paling mayoritas di Indonesia. Pemilu 2014 lalu, Prabowo unggul signifikan dari Jokowi di daerah tersebut.

"Kalau memang tak ada kepentingan politik, kenapa acaranya tidak digelar di Jawa Timur atau Jawa Tengah yang dikenal sebagai daerah para ulama?," ujar Adi Prayitno.

Dalam acara Munas Alim Ulama NU itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, turut mendoakan kemenangan Jokowi saat memembberikan sambutan. "Yang hadir lebih dari 20 ribu mendoakan mudah-mudahan bapak Jokowi dapat kepercayaan dari Allah dan dari rakyat," ujar dia, di Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu, 27 Februari 2019.

Anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Lukman Edy menganggap wajar dukungan yang diberikan oleh PBNU tersebut.

Namun, dia menolak jika acara tersebut disebut sebagai ajang konsolidasi dukungan untuk Jokowi. "Saya kira enggak ada hubungan politik lah. NU kan bukan alat politik Pak Jokowi," ujar politikus PKB ini kepada Tempo, Rabu, 27 Februari 2019.

DEWI NURITA I AHMAD FAIZ

Catatan redaksi: Pada hari Jum'at 1 Maret telah dilakukan perbaikan judul artikel ini. Terima kasih

Berita terkait

Gus Ipul: PBNU Mandataris Muktamar Telah Habis, 80 Persen PWNU Ingin Regenerasi

2 Desember 2021

Gus Ipul: PBNU Mandataris Muktamar Telah Habis, 80 Persen PWNU Ingin Regenerasi

Gus Ipul mengatakan kepengurusan PBNU saat ini sejatinya bukanlah mandataris Muktamar Jombang 2015 karena telah habis masa baktinya.

Baca Selengkapnya

Sebut Said Aqil Sampai 25 Desember, Gus Ipul: Muktamar Mundur, Pengurus Kosong

1 Desember 2021

Sebut Said Aqil Sampai 25 Desember, Gus Ipul: Muktamar Mundur, Pengurus Kosong

Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengatakan bila Muktamar NU diundur Januari, terjadi kekosongan kepengurusan PBNU karena telah berakhir 25 Desember

Baca Selengkapnya

Muktamar NU, Pengamat Minta Kubu Said Aqil dan Yahya Staquf Tak Saling Curiga

22 November 2021

Muktamar NU, Pengamat Minta Kubu Said Aqil dan Yahya Staquf Tak Saling Curiga

Pengamat politik Unair, Kacung Marijan, meminta kubu Said Aqil Siradj dan kubu Yahya Staquf tak saling curiga soal jadwal pelaksanaan Muktamar NU.

Baca Selengkapnya

Munas Alim Ulama PKB Siapkan Piagam Bali, Apa Itu?

20 Agustus 2019

Munas Alim Ulama PKB Siapkan Piagam Bali, Apa Itu?

Munas Alim Ulama yang digelar dalam rangkaian Muktamar PKB akan menghasilkan Deklarasi Bali. Apa itu?

Baca Selengkapnya

Mayoritas Responden Tempo Setuju Istilah Kafir Tidak Digunakan

11 Maret 2019

Mayoritas Responden Tempo Setuju Istilah Kafir Tidak Digunakan

Rekomendasi Munas Alim Ulama NU mengusulkan tidak menggunakan istilah kafir.

Baca Selengkapnya

PGI Soal Sebutan Kafir: Kalau di Ruang Publik Baiknya Tak Dipakai

5 Maret 2019

PGI Soal Sebutan Kafir: Kalau di Ruang Publik Baiknya Tak Dipakai

PGI Meminta agar sebutan kafir tak perlu digunakan di ruang publik.

Baca Selengkapnya

Soal Sebutan Kafir Hilang, Walubi: Urusan Mereka Panggil Kami Apa

3 Maret 2019

Soal Sebutan Kafir Hilang, Walubi: Urusan Mereka Panggil Kami Apa

Walubi tak mempermasalahkan soal sebutan kafir,

Baca Selengkapnya

FPI Kritik Cara Berpikir NU yang Usul Sebutan Kafir Dihapus

3 Maret 2019

FPI Kritik Cara Berpikir NU yang Usul Sebutan Kafir Dihapus

FPI mengkritik NU yang mengusulkan agar sebutan kafir dihapus.

Baca Selengkapnya

NU Usul Sebutan Kafir Hilang, Parisada Hindu: Demi Persatuan

3 Maret 2019

NU Usul Sebutan Kafir Hilang, Parisada Hindu: Demi Persatuan

Parisada Hindu mengapresiasi usulan NU untuk menghilangkan sebutan kafir bagi nonmuslim.

Baca Selengkapnya

NU Usul Sebutan Kafir Dihapus, PGI: Menghargai Satu Sama Lain

3 Maret 2019

NU Usul Sebutan Kafir Dihapus, PGI: Menghargai Satu Sama Lain

PGI mengapresiasi langkah NU yang mengusulkan agar sebutan kafir hilang.

Baca Selengkapnya