Tangkis Isu Alat Jokowi, Ma'ruf Amin: Ada yang Sebut Saya Pacul
Reporter
Antara
Editor
Elik Susanto
Rabu, 6 Februari 2019 07:50 WIB
TEMPO.CO, Demak - KH Ma'ruf Amin, calon wakil presiden nomor urut 01, memastikan dirinya bukan alat bagi calon presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019. Dirinya merupakan pasangan yang saling melengkapi, ibarat pemain ganda bulu tangkis saling bekerja sama.
Baca: Di Depan Kiai NU Ma'ruf Amin Berkisah Soal Gerakan 212
Penegasan itu disampaikan Ma'ruf Amin di hadapan ratusan warga Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada kunjungannya ke Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak, Demak, Selasa, 5 Februari 2019. "Ada yang menyebut saya alat, saya pacul, untuk digunakan Pak Jokowi. Saya pastikan hal itu tidak benar. Saya ini Rais Aam PBNU," kata Ma'ruf.
Selanjutnya, Ma'ruf Amin menjelaskan, antara dirinya dengan Jokowi saling bahu-membahu untuk membangun negara ke arah yang lebih baik. "Jika komitmen itu patokannya, saya bersedia disebut sebagai alat," kata Ma'ruf sembari menambahkan bahwa dirinya adalah alat kebaikan, yakni untuk membangun kemanfaatan dan kemaslahatan.
Membangun kemanfaatan dan kemaslahatan, kata Ma'ruf Amin, yaitu "Menghilangkan ancaman ideologi dan bahaya yang mengancam negara. Kalau itu komitmennya, saya siap jadi alat, sampai kapan pun".
Ketua Majelis Ulama Indonesia non aktif ini juga mengatakan, orang yang menghembuskan isu dirinya sebagai alat bagi Jokowi adalah upaya untuk mengadu domba. "Isu itu dikemas agar Ma'ruf dengan Jokowi saling curiga," katanya.
Ma'ruf Amin lantas menegaskan, hubungan dirinya dengan Jokowi sudah akrab, bahkan saling mengerti. "Pasangan Jokowi dan saya, itu seperti pemain ganda bulu tangkis, saling mengisi. Kalau yang satu ke depan yang lain ke belakang, kalau satu ke kiri, satu ke kanan, bukannya saling berantakan".
Ucapan lain Ma'ruf Amin dalam kesempatan itu adalah Jokowi merupakan orang yang sangat menghargai ulama. Penghargaan itu diberikan langsung dengan menggandeng dirinya yang merupakan ulama dan kader NU, menjadi cawapres dan maju bersama pada Pilpres 2019.
"Padahal Jokowi bisa saja mengambil pasangan dari TNI, Polri, politikus, atau pengusaha, tapi beliau menggandeng ulama," kata Ma'ruf Amin.
Selain mengunjungi Demak, Ma'ruf Amin juga bersilaturahim dengan para kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama se-Jawa Tengah bagian Utara di Semarang. Di sini ia mengatakan ihwal gerakan 212 yang pernah diikuti beberapa tahun lalu.
Menurut Ma'ruf Amin, gerakan 212 saat ini telah menjadi gerakan politik. Padahal, awalnya adalah gerakan untuk penegakan hukum. Setelah pelaku kasus penodaan agama dijatuhi hukuman, maka 212 dinyatakan selesai. Namun, setelahnya justru muncul gerakan-gerakan seperti Persatuan Alumni 212 dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, pengganti GNPF MUI.
"Gerakan PA 212 dan GNPF Ulama sudah tidak ada kaitannya dengan penegakan hukum, tapi gerakan politik dan menggunakan pilpres sebagai kendaraan politik mereka," kata Ma'ruf Amin. "Kalau dihidupkan untuk silaturahim tidak masalah".