Peluncuran buku Paradoks Indonesia dalam versi bahasa braille untuk kaum disabilitas karangan Prabowo Subianto di rumah pemenangan Jalan Sriwijaya, Jakarta, Jumat, 16 November 2018. TEMPO/Francisca Christy Rosana
TEMPO.CO, Jakarta-Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, merilis bukunya yang berjudul Paradoks Indonesia dalam versi braille di rumah pemenangan Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Jumat, 16 November 2018. Peluncuran buku itu diwakili oleh Direktur Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Hashim Djodjohadikusumo dan istri Sandiaga Uno, Nur Asia Uno.
Hashim mengatakan Paradoks Indonesia versi braille dicetak 200 eksemplar dan siap dibagikan kepada sejumlah penyandang tunanetra di Jakarta. "Setelah ini akan dicatat dan mungkin dicetak lebih banyak lagi," kata Hashim.
Menurut Hashim buku itu sejatinya telah terbit versi biasa pada 2016. Namun, baru diterjemahkan dalam bahasa braille khusus untuk tunanetra pada 6 bulan lalu dan baru kelar dicetak pekan lalu.
Buku Paradoks Indonesia bercerita tentang pandangan Prabowo terhadap masalah-masalah yang menimpa bangsa, khususnya di bidang ekonomi. Prabowo juga menyoal gizi buruk. Di salah satu bagian buku itu, ia juga menyinggung definisi merdeka. Prabowo menyebut, merdeka berarti mencapai kondisi rakyat yang sejahtera.
Hashim mengklaim buku ini merupakan simbol kepedulian Prabowo - Sandiaga terhadap kaum berkebutuhan khusus. Ia mengenang memperjuangkan akses bagi kaum disablitas cukup sulit. "Saya pernah memperjuangkan undang-undang disabilitas hingga diundangkan pada April 2016," ujar Hashim.
Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia DKI Jakarta Eka Setiawan mengatakan buku gubahan Prabowo ini membantu ia dan kawan-kawan memperoleh kemudahan informasi. Ia menganggap peluncuran buku itu bukan bentuk kampanye, melainkan ajakan ke semua kaum disabilitas untuk menjadi subjek pembangungan.