Pengamat Sebut Jokowi dan Prabowo Kehilangan Narasi Soal Program

Minggu, 11 November 2018 15:18 WIB

Dua pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, berbincang di sela acara Deklarasi Kampanye Damai di halaman Tugu Monumen Nasional, Jakarta, Ahad, 23 September 2018. AP Photo/Tatan Syuflana

TEMPO.CO, Jakarta -Peneliti Departemen Politik Centre for Stretegic and International Studies (CSIS), Arya Fernandez, menilai kedua pasangan kandidat pilpres 2019, yaitu Jokowi - Ma'ruf dan Prabowo - Sandiaga kehilangan narasi ihwal program yang ditawarkan. Sehingga, kata Arya, yang bermunculan kemudian adalah narasi-narasi bernada marah atau negatif.

Hal ini disampaikan Arya menanggapi pernyataan-pernyataan yang dilontarkan para kandidat, baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno belakangan ini. Sejumlah pernyataan yang dimaksud antara lain soal tampang Boyolali dari Prabowo, politikus sontoloyo dan politik genderuwo dari Jokowi, tempe setipis kartu ATM oleh Sandiaga dan budek-buta dari Ma'ruf Amin.

Baca: Rupiah Melemah, Sandiaga: Tempe Jadi Setipis Kartu ATM

"Kedua pasangan kehilangan narasi soal program sehingga yang muncul adalah narasi-narasi seperti itu," kata Arya kepada Tempo, Ahad, 11 November 2018.

Arya menduga ada dua penyebab hilangnya narasi soal program ini, yakni ketatnya kontestasi dan rivalitas antara Jokowi dan Prabowo yang berulang seperti pilpres 2014. Dia menilai, rivalitas panjang ini membuat keduanya kesulitan mencari narasi yang ideal bagi publik.

Advertising
Advertising

Menurut Arya, hilangnya narasi soal program ini menjadi ironi bagi kedua kubu. Ia mengatakan sebagai inkumben maupun penantang, Jokowi dan Prabowo semestinya saling adu gagasan jika ingin menang. "Namun berdasarkan riset sejumlah lembaga, publik tidak mengetahui program yang ditawarkan kedua pasangan," kata dia.

Baca: Usai Sindir Politikus Sontoloyo, Jokowi Sebut Politik Genderuwo

Kedua kubu di pilpres 2019 belakangan saling serang lantaran pernyataan yang dilontarkan oleh para calon presiden-wakil presiden. Belum habis koalisi Prabowo mengkritik Jokowi lantaran pernyataan soal politikus sontoloyo pada 23 Oktober lalu, publik dihebohkan dengan omongan Prabowo mengenai tampang Boyolali pada 30 Oktober.

Pada Jumat, 9 November lalu, Jokowi kembali memantik perdebatan dengan ucapannya soal politik genderuwo. Selang sehari, Ma'ruf Amin melontarkan sebutan buta dan budek untuk orang-orang yang tak bisa mengapresiasi prestasi pemerintahan Jokowi selama empat tahun ini.

Baca: Prabowo Minta Maaf soal Pidato Tampang Boyolali

Sedangkan, Sandiaga Uno sudah lebih dulu kerap memantik kontroversi dengan pelbagai pernyataannya soal tempe setipis kartu ATM dan narasi-narasi lain soal harga-harga barang.

Arya mengatakan narasi-narasi itu berbeda sasaran. Menurut dia, ucapan Jokowi dan Ma'ruf ditujukan kepada elite-elite dari kubu lawan, sedangkan Prabowo-Sandiaga menyasar kinerja pemerintah di bidang ekonomi. Kendati begitu, dia menilai keduanya sama-sama memiliki imbas negatif.

Terkait Sandiaga, Arya mencontohkan pernyataan cawapres nomor urut 02 itu soal tempe setipis kartu ATM dan harga nasi ayam di Jakarta yang disebut lebih mahal dari di Singapura. "Kalau argumen yang dibangun tidak sesuai fakta kan orang akan mencibir juga," ujarnya.

Baca: Ma'ruf Amin: Hanya Orang Buta-Budek yang Tak Akui Sukses Jokowi

Berita terkait

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

15 menit lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Demokrat Bilang Prabowo Sedang Mendesain Struktur Kabinet, Sebut Ada Rencana Pemisahan Kementerian

1 jam lalu

Demokrat Bilang Prabowo Sedang Mendesain Struktur Kabinet, Sebut Ada Rencana Pemisahan Kementerian

Partai Demokrat sedang menyiapkan kadernya untuk menjadi menteri di kabinet Prabowo.

Baca Selengkapnya

Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan

2 jam lalu

Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan

Pengamat politik menilai, gagasan Presidential Club Prabowo mungkin saja hasil dari melihat transisi kepemimpinan Indonesia yang seringkali ada ketegangan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

4 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Demokrat Wanti-wanti Jangan Ada Partai di Pemerintahan Prabowo tapi Terasa Oposisi

5 jam lalu

Demokrat Wanti-wanti Jangan Ada Partai di Pemerintahan Prabowo tapi Terasa Oposisi

Demokrat mewanti-wanti agar tak ada partai di pemerintahan rasa oposisi.

Baca Selengkapnya

Gerindra Ungkap Gelora Tak Tolak PKS Gabung ke Pemerintahan Prabowo-Gibran

6 jam lalu

Gerindra Ungkap Gelora Tak Tolak PKS Gabung ke Pemerintahan Prabowo-Gibran

Gerindra mengatakan Gelora tak tolak PKS gabung ke pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Alasan PDIP Sebut Oposisi Perlu Ada dalam Pemerintahan

6 jam lalu

Alasan PDIP Sebut Oposisi Perlu Ada dalam Pemerintahan

PDIP menilai oposisi diperlukan dalam sistem pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

6 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

15 jam lalu

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

Politikus Senior PDIP, Andreas Hugo Pareira, merespons soal keinginan Prabowo Subianto yang membentuk presidential club atau klub kepresidenan.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

16 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya