Disindir Kerap Bicara Ngawur, Sandiaga: Saya Pebisnis Gila Data
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rina Widiastuti
Selasa, 23 Oktober 2018 13:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno keberatan dijuluki politikus yang kerap berbicara ngawur dan doyan berbicara tak pakai data. Dalam pembelaannya kepada awak media, Sandiaga mengklaim dirinya adalah salah satu orang yang gila data.
Baca: Soal Debat di Kampus, Sandiaga: Biar Tak Seperti Tanding Bola
"Saya ini pebisnis. I'm crazy about data. I'm really really really crazy (Saya gila data. Saya benar-benar gila data)," kata Sandiaga saat ditemui di Lapangan Bulungan, Jakarta Selatan, Selasa siang, 23 Oktober 2018.
Selentingan tentang Sandiaga yang acap mengeluarkan pernyataan bodong ini digulirkan oleh Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - Ma'aruf Amin, Abdul Kadir Kading, Ahad lalu. Kading mengatakan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu kerap berbicara ngawur. Misalnya soal harga nasi ayam di Jakarta yang lebih mahal daripada di Singapura. Lantas, soal tempe setipis anjungan tunai mandiri atau ATM. Atas dugaan berbicara tanpa data itu, Karding meminta Sandiaga mengakurasinya dulu sebelum mengeluarkan pernyataan.
Menanggapi teguran ini, Sandiaga mengaku telah memiliki tim khusus analisis data. Adapun ujaran-ujaran yang tercetus di lapangan, yang berbau kritik terhadap kondisi ekonomi, merupakan pernyataan berbasis data.
Baca: Susi Pudjiastuti ke Sandiaga: Ngomong Lagi, Saya Tinggal Tidur
Sandiaga pun mengungkit program Jakarta Smart City yang dia gagas saat menjabat Wakil Gubernur DKI sebelum mencalonkan diri menjadi wapres. Program tersebut telah menjadi referensi lantaran memiliki basis data yang kuat.
Adapun soal obrolan tempe setipis ATM, Sandiga menyebut hal itu untuk mengejawantahkan ekonomi yang lesu. Ia mengatakan obrolannya dengan Bu Yuli, warga di Duren Sawit, soal tempe setipis ATM, didasarkan pada data nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus melemah. "Saya suka buktikan dengan data BI indeks ketersediaan lapangan kerja utk S-1 ke bawah masuk ke level pesimistis," katanya.