TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto tampil berapi-api saat berpidato di acara Silaturahmi Gerakan Elaborasi Rektor, Akademisi, Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia pada Jumat malam 5 April 2019. Kemunculan Prabowo itu di tengah isu ia sedang sakit.
Baca juga: Antisipasi Kecurangan, Prabowo Targetkan Menang Selisih 25 Persen
Sebelumnya, Prabowo tak muncul dalam kampanye terbuka di Pangkal Pinang pada Kamis, 3 April 2019. Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo yang saat itu tampil di panggung mengatakan Prabowo sedang sakit. "Flu, tak lebih dari itu," kata dia kepada para pendukung Prabowo.
Hingga Jumat pagi, kabar Prabowo juga tak terdengar. Simpang siur berita pun muncul soal Prabowo yang diisukan sakit. Namun malam harinya, Prabowo hadir di Balai Kartini, walau molor dari jadwal yang seharusnya.
Dalam pidatonya, Prabowo kembali mengungkapkan masalah yang kerap ia ungkapkan dalam berbagai kesempatan. Salah satunya adalah soal kebocoran anggaran negara.
Prabowo menyinggung dirinya sering diejek oleh sejumlah orang lantaran kerap menyeruakan kebocoran anggaran negara mencapai Rp1.000 triliun.
"Saya mengatakan kebocoran minimal Rp 1.000 triliun. Saya diejek, dihina," ujar Prabowo.
Prabowo kemudian menampilkan pemberitaan dari sebuah media online di layar panggung. Pemberitaan itu berisikan pernyataan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan tentang masih adanya kebocoran pendapatan pemerintah.
Basaria mengatakan, pemerintah seharusnya menerima total pendapatan Rp4.000 triliun. Namun, hanya Rp2.000 triliun yang diterima saat ini.
"Salah satu pimpinan KPK menyatakan bahwa sebenarnya kebocoran yang dihitung oleh KPK itu Rp2.000 triliun," ucap Prabowo. Ia bahkan mengaku senang dengan pengakuan KPK tersebut.
"Dua hari ini saya merasa sangat bahagia. Karena KPK punya dua kali hitungan saya," kata dia melanjutkan.
Baca juga: Pesawat Prabowo Gagal Terbang, BPN Minta Pemerintah Investigasi
Prabowo juga mengisahkan tentang dirinya yang ikut menyarankan sang mertua, Presiden Soeharto pada 1998 untuk mundur dari jabatannya.
Prabowo mengatakan usul itu dia sampaikan sebagai upaya ikut mengoreksi rezim Orde Baru dari dalam, kendati pucuk pimpinan rezim itu adalah mertuanya sendiri.
"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri," kata Prabowo.
Prabowo tampil tetap dengan kondisi semangat, di akhir orasinya bahkan Prabowo berteriak "Allahu Akbar" dan "Merdeka" beberapa kali yang disambut pekikan yang sama para pendukungnya.
ANDITA RAHMA