TEMPO.CO, Jakarta - Pertarungan dua pasangan calon presiden-wakil presiden ramai dibahas di media sosial. Penelitian lembaga pemantau percakapan media sosial PoliticaWave menyebut, sejak 28 Januari hingga 4 Februari lalu, total ada 1,899 juta percakapan berkaitan dengan Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno yang dilakukan 267 ribu akun.
Baca juga: Populi: Pasca-Debat Jokowi Unggul 54,1 Persen, Prabowo 31 Persen
Direktur Eksekutif PoliticaWave, Yose Rizal, mengatakan isi percakapan netizen di media sosial merepresentasikan sikap pada kondisi sebenarnya. “Ini terbukti pada pilpres 2014. Hasil pantauan kami di media sosial tidak jauh berbeda dengan suara yang diperoleh kedua kandidat,” kata Yose di Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.
Dalam melakukan analisis, PoliticaWave melakukan filter dan mengeluarkan akun bot atau palsu dari data. Data diambil dari postingan yang mengandung kata kunci Jokowi, Ma’ruf, Prabowo, Sandiaga, dan semua variasi penulisannya. Yose mengatakan ia dan lembaganya independen, tidak terafiliasi dengan calon presiden-wakil presiden.
Menurut Yose, persentase percakapan di media sosial menunjukkan elektabilitas kedua kandidat. Dari jutaan percakapan yang terpantau di Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, forum online, dan portal berita, percakapan tentang pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebesar 57,25 persen. Mereka lebih unggul dibanding pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno yang meraih 42,75 persen perbincangan. Nada positif dalam percakapan soal pasangan nomor 01 sebesar 80 persen. Sebanyak 20 persen sisanya bernada negatif.
Baca juga: LSI: Kasus Ahmad Dhani Pengaruhi Suara Jokowi di Kaum Terpelajar
Beberapa isu positif yang ramai diperbincangkan netizen ihwal Jokowi-Ma’ruf yaitu kebersamaan Jokowi dengan keluarga, deklarasi dukungan dari sejumlah pihak, pertemuan dengan ulama, pembangunan desa, dan pembangunan infrastruktur. Sedangkan isu negatif tentang pasangan inkumben ini di antaranya soal pemenjaraan Ahmad Dhani, kritik pernyataan Jokowi soal propaganda Rusia, serta doa KH Maimun untuk Prabowo yang disampaikan di samping Jokowi.
Sentimen positif pada percakapan kubu 02 adalah sebesar 74 persen. Beberapa isu positif di antaranya doa KH Maimun Zubair untuk Prabowo, kegiatan jalan sehat bersama Prabowo, kegiatan blusukan Sandiaga, deklarasi dukungan dari sejumlah pihak, serta janji tidak impor. Sedangkan isu negatifnya yaitu pernyataan Prabowo yang mengkritik Kementerian Keuangan, tudingan sandiwara korban banjir lumpur, pernyataan Rocky Gerung terkait kitab suci fiksi, leluhur Prabowo yang menangkap Pangeran Diponegoro, dan isu hoaks perihal utang dari pendukungnya.
Banyaknya jumlah pemilik hak suara yang melek Internet membuat kedua kubu berlomba melakukan serangan udara. Di kubu 01, sebanyak 92 persen akun politik mendominasi percakapan tentang Jokowi-Ma'ruf. Dari kelompok ini, 60 persen akun merupakan pendukung Jokowi-Ma'ruf yang giat menaikkan tagar dukungan. Sedangkan di kubu 02, akun politik yang mendominasi percakapan sebanyak 89 persen. Sebesar 65 persen kelompok ini adalah pendukung Prabowo-Sandi yang giat menaikkan tagar dukungan.
Meski begitu, Yose menyebut populernya tagar dukungan tidak lantas menunjukkan banyaknya netizen yang membahas kedua kandidat. Sebab, banyak akun bot atau akun palsu yang digunakan kedua kubu untuk memviralkan tagar dukungan. Akun bot yang muncul untuk memviralkan tagar dukungan 01 mencapai 20 ribu per hari. Sedangkan akun bot untuk kubu 02 adalah sekitar 40 ribu. "Mereka biasanya aktif tengah malam," kata Yose.
Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Arya Mahesa Sinulingga, tak terkejut oleh hasil pantauan PoliticaWave. Menurut dia, tim sukses kubu 01 memang gencar melakukan kampanye melalui media sosial. “Media sosial sekarang memang dikuasai Jokowi dan makin lama makin positif. Program-programnya makin banyak diterima publik,” katanya.
Baca juga: LSI: Suara Prabowo Turun 10 Kali Lipat di Pemilih Minoritas
Anggota Tim Media Sosial Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Raditya Putra Pratama, menilai dominasi percakapan di media sosial akan percuma jika yang melakukan adalah akun-akun palsu. “Kami percaya pada suara asli masyarakat. Prabowo-Sandi menyerap aspirasi dan mendapat dukungan dari masyarakat langsung, bukan dari akun-akun media sosial yang banyak tidak real,” ujarnya.