TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden inkumben Joko Widodo (Jokowi) mulai menjawab berbagai isu miring yang mengarah kepadanya akhir-akhir ini. Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni meminta hal tersebut tidak dimaknai sebagai langkah ofensif atau menyerang.
"Pak Jokowi tidak ofensif. Beliau hanya melakukan pendidikan politik kepada rakyat agar rakyat bisa membedakan mana pemimpin yang optimis dan pesimis," ujar Antoni lewat keterangannya, Senin, 4 Februari 2019.
Antoni menyebut Jokowi tentu saja suka dengan kompetisi demokrasi. Tapi Jokowi tak ingin nafsu dan ambisi politik sampai menyebabkan pemimpin menghalalkan segala cara termasuk berbohong dan manipulatif. "Sekali lagi, Pak Jokowi hanya sedang melakukan pendidikan politik, agar hati-hati memilih pemimpin yang mengumbar retorika tapi tidak bisa kerja."
Kemarin, Jokowi menyatakan mengaku gerah dengan berbagai isu yang menyerang dirinya. "Masak saya diam terus? Saya suruh diam terus? Saya suruh sabar terus? Ya tidak, dong," kata Jokowi sambil berlalu meninggalkan wartawan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Ahad, 3 Februari 2019.
Jokowi menyangkal dirinya mulai menyerang kubu lawan. Dia menyatakan hanya menyampaikan kenyataan. "Sekali-sekali dong," ujar dia.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai gaya menyerang calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi yang belakangan terlihat, dinilai sebagai bentuk kepanikan karena elektabilitas yang belum aman.
"Sebagai petahana, elektabilitas Jokowi minimal 60 persen biar aman. Sementara Jokowi masih 53 persen. Karena itu, Jokowi menggunakan strategi total football ala Barcelona," ujar Adi Prayitno kepada Tempo, Ahad malam, 3 Februari 2019.