TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden inkumben, Joko Widodo atau Jokowi, mengatakan bahwa pengalaman dalam pemerintahan diperlukan untuk mengurus negara sebesar Indonesia.
"Mengelola negara tidak gampang, banyak tantangan dan hambatan di lapangan. Jangan dipikir mengelola negara sebesar Indonesia dengan perbedaan suku, agama, bahasa, adat, tradisi ini mudah. Apalagi belum pengalaman," kata Jokowi dalam deklarasi Koalisi Alumni Diponegoro di Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Ahad, 3 Februari 2019.
Berita terkait: Koalisi Alumni Diponegoro Deklarasi Dukung Jokowi
Jokowi pun menyebutkan sejumlah pengalamannya di pemerintahan yang dimulai dari level terendah hingga tingkat nasional. "Untungnya saya ini sudah mulai dari yang paling bawah, di wali kota dua periode, gubernur. Mengelola 600 ribu (penduduk di Solo), kemudian 10 juta (penduduk di DKI), kemudian masuk level nasional. Tahapan-tahapan itu saya lalui," ujarnya.
Jokowi pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo pada 2005-2012. Pada 2012, Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta bersama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Dua tahun kemudian, Jokowi mengikuti pemilihan presiden 2014-2019 berspasangan dengan Jusuf Kalla dan menang. Ia kini mengikuti kembali pilpres 2019 berpasangan dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia nonaktif Ma'ruf Amin.
Pengalaman itu, kata Jokowi, ia pakai dalam rangka mengelola dan mengatur negara sebesar Indonesia. Jokowi menekankan jangan sampai negara sebesar Indonesia dibandingkan dengan Haiti. Sebab, Indonesia saat ini sudah menjadi anggota G20 dengan PDB mencapai lebih dari US$ 1 triliun. "Kok dibandingkan dengan Haiti. Ini namanya membandingkan kurang hati-hati. Sehingga yang disebut Haiti," kata dia.