TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyebut pengkritik proyek infrastruktur khususnya jalan tol tidak memahami teori ekonomi makro. "Ada orang ngomong kepada saya, pak kita enggak mau makan jalan tol. Ya kalau enggak ngerti teori ekonomi makro sulit saya menjelaskan," kata Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah dengan Calon Presiden RI Periode 2019-2024, di MG Setos, Semarang, Sabtu.
Jokowi mengatakan mereka yang memang sudah terlanjur benci atau tidak senang, kebijakan apapun sulit diterima. Bahkan, untuk menerima penjelasan saja sulit untuk dilakukan.
Di hadapan sekitar 1.500 pengusaha dari berbagai wilayah di Jawa Tengah itu, Jokowi lalu menceritakan proses pembangunan jalan tol. Kata dia, proyek jalan tol dimulai pada 1978 dengan pembangunan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 50 km.
"Negara lain melihat kita semuanya. Malaysia lihat jalan tol apa sih, manajemennya seperti apa, konstruksinya seperti apa, kelolanya seperti apa. Pada nengok, Malaysia lihat, Thailand lihat, Vietnam lihat, China lihat, Filipina lihat. Lihat semuanya," katanya.
Tapi setelah 40 tahun sampai 2014, kata dia, Indonesia baru bisa membangun sepanjang 780 km jalan tol. "Tetapi akhir tahun ini hitungan kita akan mendapatkan angka 1.854 km. Itu jangan ditepuktangani, karena saya anggap ini masih lambat, meski sudah kerja pagi malam pagi, tiga shift."
Ia meminta semuanya untuk melihat Tiongkok yang dalam periode singkat mampu membangun jalan 280 ribu km. Padahal jika Indonesia telah memiliki jalan tol lebih banyak, kecepatan distribusi barang, mobilitas orang akan bersaing dengan negara lain.
Jokowi mengatakan jika proyek infrastruktur telah rampung maka langkah selanjutnya adalah pembangunan SDM secara besar-besaran. "Jangan sampai kalau yang infrastruktur kita bangun tapi SDM-nya tidak, kita akan masuk pada jebakan middle income trap. Berbahaya sekali," katanya.
Mereka yang hadir sangat antusias dan tak henti bersorak serta bertepuk tangan saat Jokowi berpidato.
ANTARA