TEMPO.CO, Rembang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan klarifikasi atas tuduhan antiulama dalam acara Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju di Pondok Pesantren Al-Anwar pimpinan Kiai Haji Maimun Zubair, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
Baca: Beda Anak Kiai Maimun Zubair: Satu Jokowi, Lainnya Prabowo
Jokowi mengatakan, setiap pekan dirinya masuk ke pondok pesantren bersama para ulama dan menandatangani penetapan Hari Santri. "Terus yang tanda tangan Perpres Hari Santri tanggal 22 Oktober itu siapa? Masak antiulama tanda tangan (perpres) Hari Santri. Logikanya tuh memang harus kita pakai. Kalau Cak Lontong bilang, 'Mikir.. mikir.. mikir'," kata Jokowi dalam siaran tertulis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden yang diterima Tempo, Sabtu, 2 Februari 2019.
Jokowi juga mengaku heran dengan pihak yang menyebut dirinya mengkriminalisasi ulama. Ia mempertanyakan ulama mana yang ia kriminalisasi. Menurut mantan Gubernur DKI itu, disebut kriminalisasi jika seseorang tidak mempunyai kasus hukum tapi dimasukkan ke penjara.
"Kalau ada kasus hukumnya, ada masalah hukum, ada yang melaporkan, aparat kemudian melakukan penyidikan-penyidikan, kemudian dibawa ke lembaga yudikatif yang namanya pengadilan, yang memutuskan di pengadilan. Kalau memang dianggap tidak salah ya mesti bebas," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengajak semua pihak untuk menjaga persatuan dan persaudaraan. Ia tidak ingin persatuan dan persaudaraan bangsa tercoreng karena hal-hal kecil. Misalnya, perbedaan pilihan politik baik dalam kancah pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur, maupun pemilihan presiden.
Jokowi pun mengimbau agar masyarakat bersikap bijak dalam memilih, antara lain dengan melihat prestasi, pengalaman, program, ide, dan gagasan calon pemimpin yang akan dipilihnya. Menurut dia, pesta demokrasi tersebut tidak seharusnya diisi dengan fitnah, saling ejek, saling mencela, dan saling menghina.
Simak juga: Duduk di Dekat Jokowi, Maimun Zubair Isyaratkan Dukungan Pilpres
"Itu bukan nilai-nilai agama yang kita anut, itu bukan nilai-nilai Islami, itu bukan nilai-nilai keindonesiaan kita. Kita memiliki etika, kita memiliki tata krama, kita memiliki sopan santun, kita memiliki budi pekerti," kata Jokowi.