TEMPO.CO, Jakarta - Partai Golkar menargetkan 100 persen konstituennya mendukung pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin di pemilihan presiden 2019. Dengan kata lain, tak ada pemilih terbelah ke kubu Prabowo.
"Kami akan kejar terus untuk meningkatkan pemilih Partai Golkar ke arah 95 persen, bahkan kalau bisa 100 persen. Kami akan terus meningkatkan upaya serius dan sistematis untuk mengajak pemilih Partai Golkar agar memilih Jokowi - Ma’ruf," ujar Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Shadzily, Kamis, 24 Januari 2019.
Baca juga: Ma'ruf Amin Dorong Perolehan Suara 70 Persen Suara di Jawa Timur
Hal tersebut disampaikan Ace mengomentari hasil sigi Lembaga Survei Indikator yang mencatat Golkar menjadi salah satu dari sembilan partai pendukung Jokowi yang pemilihnya masih terbelah. Dari data Indikator, ada sebanyak 62,1 persen warga Partai Golkar yang memilih Jokowi, dan 27,8 persen mendukung Prabowo.
Selanjutnya, pemilih terpecah paling banyak berasal dari Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Hanura. Survei Indikator merekam sebanyak 53,7 persen pemilih PPP mendukung Jokowi dan 43,2 persen ke arah Prabowo. Adapun, untuk Partai Hanura, sebanyak 59,1 persen pemilihnya mendukung Jokowi dan 39,6 persen lainnya memilih Prabowo
Menurut Ace, angka untuk Golkar sudah lebih baik. Sebab, ujar dia awalnya pemilih Partai Golkar pada 2014 yang memilih Jokowi hanya 17 persen. Seiring dengan waktu dan kebijakan yang dikeluarkan Partai Golkar sejak 2016, konstituen Partai Golkar merangkak naik menjadi 62 persen.
"Selanjutnya, para caleg kami akan lebih mengintensifkan mensosialisasikan ke masing-masing pemilih tentang capres, untuk mencapai target 100 persen," ujar dia.
Wakil Ketua Umum Hanura, I Gede Pasek mengatakan, selain partai, Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf juga harus memberikan perhatian terhadap fenomena terpecahnya dukungan pemilih partai tersebut. "Hal ini sebagai bagian ikhtiar bersama. Kami sendiri tentu akan terus membangun komunikasi," ujar Pasek saat dihubungi terpisah.
Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menyebut, hal seperti itu biasa terjadi. Seperti halnya pada 2014, ketika partai berlambang Ka'bah itu mengusung Prabowo - Hatta. "Pada saat itu, menurut survei, pemilih PPP juga terbelah. Pendukung Prabowo - Hatta 57 persen dan Jokowi-JK 31 persen," ujar Arsul di Jakarta pada Kamis, 24 Januari 2018.
Namun, ujar Arsul, perkembangan politik kan yang kemudian membuat PPP masuk ke pemerintahan, membuat terjadi peningkatan pemilih kepada Jokowi. "Split voters itu memang harus diakui masih ada. Tapi kami yakin nanti di sisa waktu Pilpres ini akan terus mengecil. Target kami sekitar angka 80 persen," ujar Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf ini, kemarin.
DEWI NURITA