TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Irfan Yusuf Hasyim, mengatakan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua telah berkomitmen tidak akan menggunakan politik identitas dalam pemilihan presiden 2019. Menurut Irfan, pasangan capres tersebut akan selalu berkampanye menyuarakan visi-misi yang produktif.
Baca: Dahni Anzar Sebut Prabowo Kerap Jadi Sasaran Fitnah
"Alhamdulillah politik identitas sudah mulai berkurang, setiap saya mendampingi Pak Prabowo dan Bang Sandi ke daerah-daerah, hampir sudah tidak ada lagi," kata Irfan dalam acara refleksi akhir tahun di Jalan Sriwijaya, Jakarta, Senin, 31 Desember 2018.
Menurut Irfan, kubunya berusaha menghindari politik identitas. "Kami paham ini bukan pertandingan antara NU (Nahdlatul Ulama) dan bukan NU," ujarnya.
Ke depannya, ia menambahkan, Prabowo dan Sandiaga lebih berfokus kepada penyampaian program-program ekonomi yang akan dilakukan jika memenangi pilpres 2019. Program-program ekonomi itu adalah jawaban dari persoalan yang dialami masyarakat di tingkat akar rumput seperti petani, buruh, hingga ibu rumah tangga.
"Ketika kami berkeliling ke daerah-daerah, pasti ada keluhan dari warga, terutama dari petani," ujarnya.
Baca: Dahnil Anzar Sebut Kampanye Prabowo Seperti Diagnosa Dokter
Petani banyak menjerit karena pemerintah buka keran impor. Indonesia negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, tapi masih impor garam. "Bahkan ada beberapa jenis ikan pun yang kita impor dan ini jadi keluhan warga Indonesia yang ada di pedesaan," ujar dia.
Ia juga menegaskan, apabila Prabowo-Sandiaga menjadi presiden dan wakil presiden, mereka akan berusaha mengurangi impor komoditi yang bisa diproduksi di Indonesia.