TEMPO.CO, Banda Aceh–Presiden Joko Widodo ( Jokowi) meminta masyarakat untuk menjaga kerukunan, ukhuwah dan persatuan dalam tahun politik. “Jangan sampai, karena perbedaan pilihan, berbeda memilih bupati, wali kota, gubernur dan presiden, kita ini menjadi kayak tidak saudara,” katanya dalam sosialisasi prioritas dana desa di AAC Dayan Dawood, Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, Jumat, 14 Desember 2018.
Menurut Jokowi Indonesia adalah negara besar dengan penduduk 260 juta. Negara ini dianugerahi berbagai perbedaan, beda suku, agama, adat, tradisi dan lain-lain. Perbedaan itu, kata dia, sebuah sunatullah. Dalam tahun politik yang terus ada dalam lima tahun sekali, Jokowi juga mempersilakan semua masyarakat berbeda pilihan.
Baca: Jokowi Berkali-kali Minta Bertemu Ulama Aceh
Namun, tutur Jokowi, diperlukan kedewasaan dalam menyikapi berbagai berita yang beredar. Biasanya, banyak berita bohong, fitnah disebarkan seperti di media sosial. Jokowi kemudian menunjukkan sebuah foto yang beredar di media sosial. “Kayak ini,” katanya menunjukkan foto kampanye pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit yang diambil sekitar 1955.
Di foto itu terlihat ada sosok mirip dirinya sehingga disangkutpautkan dengan dia. “PKI dibubarkan 1965, saya lahir 1961. Masak ada PKI Balita. Tapi ada yang percaya,” katanya.
Simak: Jokowi Terlahir dengan Nama Mulyono
Jokowi berujar perilaku seperti itu tidak punya tatakrama dan tidak Islami. Dia mengajak seluruh masyarakat membangun cara-cara yang dewasa dan baik dalam politik. “Adu program, gagasan dan rekam jejak itu yang dikedapankan, jangan gambar kayak tadi,” ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan tidak sepatutnya pemilu menjadi pemecah belah bangsa yang heterogen. Masyarakat, kata Jokowi, harus berpolitik secara matang serta memilih kandidat sesuai dengan pilihan hati nuraninya.