TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah terlibat dalam kampanye perang jargon dengan kubu penantangnya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam pemilihan presiden 2019.
Baca: Erick Thohir Disebut Memfitnah Ma'ruf Amin
"Saya yang lurus-lurus saja. Menjual manfaat, kemaslahatan, bukan ocehan-ocehan," ujar Ma'ruf Amin saat diwawancarai Tempo di kediamannya, Jumat, 7 Desember 2018
Ma'ruf menyinggung soal ocehan-ocehan dalam kampanye tersebut saat menanggapi berbagai pendapat para pengamat yang menilai pasangan capres-cawapres minim mengampanyekan program dan masih terlibat perang kata-kata, dalam dua bulan masa kampanye.
Menurut Ma'ruf, sebetulnya dia sudah mulai memperkenalkan berbagai gagasan yang akan dibuat jika terpilih nanti, seperti gagasan tentang Arus Baru Ekonomi Indonesia. Namun lagi-lagi, ujar dia, sebagian orang justru lebih tertarik dengan jargon-jargon. "Jargon tempe lah, boyolali, di medsos kan lebih suka menulis yang begitu," ujarnya.
Baca: Jokowi - Ma'ruf Gencar Berkampanye Januari, Berikut Strateginya
Kendati demikian, Ma'ruf mengaku tidak akan masuk dalam arus perang jargon itu. Dia memilih untuk tetap berkampanye dengan adu program dan adu gagasan. "Jangan ikut begitulah. Tidak pantas, apalagi saya kiai," ujar Mustasyar PBNU ini.
Jika calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi mulai mengeluarkan jargon seperti politikus sontoloyo atau politik genderuwo, menurut Ma'ruf, hal itu tidak lain hanyalah untuk mengingatkan kubu lawan agar berhenti menggunakan cara-cara yang demikian.
"Istilah itu hanya warning agar kita jangan berkampanye dengan cara sontoloyo atau genderuwo. Ayo kita kampanye dengan program, gagasan dan konsep tentang bagaimana membangun bangsa ini lebih baik," ujar Ma'ruf.