TEMPO.CO, Jakarta - Menemui tokoh masyarakat dan ulama sewilayah Tapal Kuda di Pondok Pesantren Al Islah, Kabupaten Bondowoso, Sabtu malam kemarin, 6 Oktober 2018, calon wakil presiden Sandiaga Uno berbicara mengenai situasi perekonomian serta lemahnya rupiah. Perekonomian, kata Sandiaga, sedang terbebani menguatnya dolar.
“Dan melemahnya rupiah masuk ke taraf yang memprihatinkan," kata Sandiaga Uno, Sabtu, 6 Oktober 2018. Menurut Sandi, situasi ini akan disusul dengan harga yang bergejolak yang pasti memberatkan rakyat.
Baca:Sandiaga: Sudah Lima Laporan Soal Ratna Sarumpaet, Bisa Nambah
Sandiaga melihat keadaan makro ekonomi sedang menghadapi kendala. Kurs rupiah tembus Rp15 ribu per dolar. Lapangan kerja sulit didapat, bahan makanan pokok yang meningkat tinggi ditambah kurs dolar yang makin menguat dan rupiah melemah pasti berdampak pada biaya-biaya hidup masyarakat.
Namun, kata Sandi, beberapa kantong daerah di Jawa Timur justru bisa diandalkan menjadi lokomotif penarik bangkitnya perekonomian nasional. "Sehingga bisa mendorong geliat ekonomi untuk menghadapi soal ketimpangan ekonomi," ujarnya.
Baca:Berkunjung ke Pasar, Sandiaga Temukan Tempe Sebesar Tablet
Sandiaga juga mengatakan kunjungannya ke sejumlah pesantren menemui para ulama ini juga untuk bersilaturahmi. Alasannya, silaturahim bisa memanjangkan umur dan melimpahkan rezeki. Ia berjanji kunjungannya bukan yang pertama dan terakhir. “Ke depan, akan sering dilakukan."
Menurut Sandiaga Uno, pihaknya tengah mencoba mencari cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar pesantren agar bisa mengembangkan perekonomian. Karena, kata Sandiaga, tujuan Indonesia ini adil dan makmur serta sejahtera. "Ini harus dilakukan dengan meningkatkan silturahim kita serta menangkap aspirasi."