TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto menunjuk mantan Panglima TNI Djoko Santoso sebagai ketua tim pemenangan atau Timses Prabowo - Sandiaga Uno. Beberapa pengamat menyebut penunjukan Djoko Santoso ini merupakan strategi Prabowo untuk memecah suara purnawirawan.
Baca: Pernah Diusulkan Jadi Cawapres Megawati, Ini Profil Djoko Santoso
Ketika dikonfirmasi hal ini, Djoko Santoso mengatakan tidak pernah berniat untuk memecah suara purnawairawan. "Itu kan kalian saja yang bikin," kata Djoko Santoso kepada wartawan usai memimpin rapat tim pemenangan Pilpres 2019 di DPP Gerindra, Ragunan, Senin, 20 Agustus 2018. "Saya ini sudah bukan jenderal, saya ini rakyat biasa."
Djoko menjelaskan dia tidak pernah diajari untuk memecah belah. "Aku selama jadi tentara belajar terus, enggak ada ilmunya memecah belah. harus bersatu," kata dia.
Menurut dia, di dalam Pilpres 2019 kali ini memang ada dua calon. "Dan ini bukan untuk pecah-pecah. Ini untuk rakyat Indonesia. Silahkan rakyat memilih, ada dua," kata Djoko Santoso.
Simak juga: Rapat Timses Prabowo, Djoko Santoso: Kami Inventarisir Nama-nama
Djoko Santoso merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1975. Lelaki kelahiran Jawa Tengah, 8 September 1952 ini memulai karier militer sejak menjabat sebagai Komandan Peleton 1 Kompi Senapan A Yonif 121/Macan Kumbang.
Karier Djoko Santoso mulai menanjak saat menjadi perwira tinggi dengan menjabat sebagai Panglima Kodam XVI/Pattimura pada 2002. Djoko juga pernah menjadi Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) tahun 2002-2003 yang menangani konflik di Maluku.
Simak: Pengamat: Prabowo Tunjuk Djoko Santoso untuk Pecah Suara Purnawirawan
Pada Maret 2003, Djoko dipercaya untuk mengisi posisi Panglima Kodam Jaya. Jabatan Pangdam Jaya tak lama diembannya setelah dimutasi kembali untuk menjadi Wakil Kepala Staf TNI AD. Pada 2005 dia diangkat menjadi Kepala Staf TNI AD menggantikan Ryamizard Ryacudu. Djoko Santoso menjadi Panglima TNI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).