TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menilai pertemuan antara Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK dan calon presiden Prabowo Subianto merupakan hal yang wajar. Menurut dia, JK menerima Prabowo, yang didampingi cawapres Sandiaga Uno, sebagai pertemuan antar-pemimpin bangsa.
"Jangankan Pak JK, kalau Pak Prabowo dan Pak Sandiaga bertemu Pak Jokowi sebagai presiden pun pasti juga akan diterima," kata Hasto di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, pada Jumat, 17 Agustus 2018.
Baca:
Cium Tangan JK, Syafruddin Bantah Titipan Wapres
Sudah Tak Bau, JK dan Anies Makan Pisang di ...
Hasto mengatakan pertemuan JK dengan Prabowo dan Sandiaga tak perlu diartikan bersifat politis. Menurut dia, silaturahmi keduanya, meski dalam tahun politik, tak perlu dianggap sebagai sikap dukung-mendukung untuk pasangan calon. "Jangan jadikan pemilu untuk menutup keadaban publik kita, menutup tali silaturahmi di antara para pemimpin bangsa," katanya.
Hasto berpendapat pertemuan JK dan Prabowo adalah hal yang positif. Meskipun, kata dia, selama ini Prabowo kerap mengkritik sebagai oposisi pemerintahan JK dan Presiden Joko Widodo alias Jokowi. "Ya Pak Prabowo banyak mengkritik karena jurus itu yang bisa dilakukan," ujarnya.
Baca: PDIP Berencana Libatkan JK di Struktur Tim ...
Pasangan capres-cawapres Prabowo dan Sandiaga mengunjungi JK pada Rabu malam, 15 Agustus 2018. Ketiganya berada di rumah dinas JK, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, selama satu jam.
Kedatangan Prabowo dan Sandiaga dimaksudkan untuk meminta restu JK. "Sesuai dengan adat istiadat kita bangsa Indonesia, yang muda datang kepada yang lebih senior untuk sowan. Untuk mohon melaksanakan suatu pekerjaan, untuk rakyat kita," kata Prabowo, Rabu lalu, 15 Agustus 2018.
Simak: Diajak AHY Jadi Cawapres 2019, Begini Reaksi JK
Ketua Umum Partai Gerindra itu mengaku dekat dengan JK. Meski pernah bertarung di pemilihan presiden, Prabowo mengatakan punya hubungan yang baik dengan JK. Dia mengatakan persaingan dan kompetisi tidak membuat keduanya berhenti bersahabat. "Itulah politik yang baik, demokrasi yang baik," tuturnya.
SYAFIUL HADI | VINDRY FLORENTIN