TEMPO.CO, Jakarta-Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi-Ma’ruf Amin, Wahyu Sakti Trenggono, menegaskan tidak ada bagi-bagi proyek dalam pemerintahan Jokowi periode kedua kendati penyumbang dana kampanye terbesar berasal dari korporasi dan kelompok-kelompok pengusaha.
“Kalau ada yang mau main di situ (bagi-bagi proyek), ya asal berani, ditangkap KPK. Sekarang udah gak jaman korupsi. Tapi kalau kebijakan, yes, pasti itu yang diminta,” ujar Trenggono di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 2 April 2019.
Baca: Laporkan Dana Kampanye Pemilu, Kubu Jokowi Habiskan Rp 601 ...
Menurut Trenggono banyaknya sumbangan ini karena para pengusaha puas dengan kinerja pemerintahan periode pertama Jokowi. Sehingga pada periode kedua pun, kata Trenggono, para pengusaha membawa harapan pemerintah dapat membuat ekosistem yang baik bagi bisnis-bisnis mereka.
Juga tak menutup kemungkinan akan mempengaruhi arah kebijakan Jokowi. “Ya pasti dong (memengaruhi kebijakan). Tapi memengaruhi dalam arti positif. Untuk kemajuan rakyat supaya bisa hebat,” ucapnya.
Dana kampanye Jokowi-Ma’ruf yang dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Hotel Borobudur Kamis siang diketahui didapat dari berbagai sumber. Rinciannya partai politik pengusung sebesar Rp 79 miliar dan sumbangan perorangan Rp 21 miliar. Lalu ada atas nama kelompok dan badan usaha non-pemerintah. Dua kategori terakhir ini, diakui Trenggono, sebagai penyumbang terbesar.
Sebanyak 40 perusahaan, yang menurut Trenggono salah satunya adalah PT Rakabu Sejahtera perusahaan milik Jokowi yang kini dipimpin kedua anaknya, Gibran Rakabuming, dan Kaesang Pangarep, turut andil menyumbang. Total sumbangan dari perusahaan terkumpul Rp 253 miliar.
Simak: Pengeluaran Dana Kampanye Prabowo - Sandiaga Rp 211,5 Miliar
Adapun 17 penyumbang atas nama kelompok, menyumbang sebesar Rp 251 miliar. Kelompok ini pun menurut Trenggono digawangi oleh para pengusaha. Di antaranya ada dua kelompok olahraga dengan nama PT Tower Bersama Infrastructure Grup Tbk dan Teknologi Riset Global Investama.
“(Kelompok) lebih kepada nama saja. Misal saya mau nyumbang, misal kelompok pengusaha Jawa Timur, ada kelompok pengusaha macem-macemlah. Mereka gabung jadi semacam asosiasi atau paguyuban gitu. Gabung jadi satu dan disumbangkan,” ucapnya.