TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak berpendapat narasi rekonsiliasi pascapemungutan suara pemilihan presiden 2019 yang disuarakan sejumlah tokoh tidaklah tepat. Dahnil menilai tak perlu ada rekonsiliasi lantaran tidak ada pihak yang sedang berkonflik.
Berita terkait: Muhammadiyah Siap Fasilitasi Rekonsiliasi Kubu Jokowi dan Prabowo
Dahnil berpendapat yang terjadi di rangkaian proses pemilihan presiden 2019 ini bukanlah konflik, melainkan kompetisi. Dia pun mempertanyakan maksud para pihak yang menyerukan rekonsiliasi saat kompetisi juga belum usai.
Seruan rekonsiliasi ini meluas dari yang mulanya disampaikan para tokoh agama, hingga rektor-rektor perguruan tinggi, hingga lembaga pemantau independen. Para pihak ini menyerukan agar Joko Widodo dan Prabowo Subianto segera mengakhiri polarisasi publik selama Pemilihan Umum 2019.
Langkah yang diserukan ialah pertemuan langsung Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandiaga. Para tokoh menilai pertemuan ini bisa meredam perseteruan pendukung yang memanas di tengah berlasungnya perhitungan suara hasil pilpres 2019 ini.
"Rekonsiliasi harus dilakukan sekarang. Kalau tidak, polarisasi yang sama akan terjadi di pemilu selanjutnya," kata Direktur Eksekutif Kode Inisiatif Veri Junaidi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 25 April 2019.
Sebelumnya, sejumlah tokoh Islam juga menyerukan agar Jokowi dan Prabowo segera bertemu. Berkumpul di rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Senin malam lalu, para tokoh menyarankan Jokowi dan Prabowo bertemu untuk mendinginkan suasana. Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan siap menjadi mediator.
Dahnil malah balik menyindir tokoh-tokoh yang menyerukan rekonsiliasi itu tidak netral. Dia pun meminta para tokoh untuk tidak menggiring opini pada kepentingan satu kelompok.
"Jangan sampai ada tokoh-tokoh mengaku dirinya netral tetapi sesungguhnya dia tidak netral. Ada tuh tokoh-tokoh yang sok-sok netral tapi sesungguhnya dia membawa pesan satu pihak," kata Dahnil.
Adapun ihwal pandangan para tokoh yang menilai masyarakat perlu didinginkan, Dahnil mengklaim bahwa masyarakat hanya sedang memperjuangkan pemilu jujur dan adil. "Yang panas di mana? Itu jadi pertanyaan kami. Kalau kemudian ada protes karena ketidakadilan, karena ada ketidakjujuran, masyarakat harus begitu. Masa diam terhadap ketidakadilan?"
BUDIARTI UTAMI PUTRI | KORAN TEMPO
