TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persaudaraan Alumni atau PA 212 Slamet Maarif mengatakan pihaknya mengusulkan kepada calon presiden Prabowo Subianto agar tak bertemu calon presiden inkumben Joko Widodo (Jokowi) dalam waktu dekat. Dia berujar, ulama 212 menyarankan agar pertemuan itu dilangsungkan setelah keluar perhitungan suara resmi dari Komisi Pemilihan Umum.
Berita terkait: Tiga Format Pertemuan Jokowi - Prabowo Usulan Sejumlah Tokoh
Hal ini disampaikan Slamet saat ditanya ihwal seruan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah tokoh organisasi Islam di rumah dinasnya Senin malam lalu, 22 April 2019. Dalam pertemuan itu, JK dan tetamunya menyarankan agar Jokowi dan Prabowo segera bersua untuk mendinginkan suasana di masyarakat pascapemungutan suara pemilihan presiden 2019.
"Ya, kalau ketemu kan sesama anak bangsa, warga negara, sesama muslim ya silakan saja. Tapi ini, kan, sedang dalam proses. Jadi kami juga menyarankan kepada Pak Prabowo nanti sajalah kalau sudah ada keputusan resmi baru bertemu," kata Slamet di Jalan Kertanegara 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 25 April 2019.
Slamet beranggapan yang paling penting saat ini adalah mengawal perhitungan C1, mengumpulkan dugaan kecurangan serta membuktikannya. Dia pun menyarankan kubu Jokowi - Ma'ruf Amin untuk berfokus dengan hal yang sama.
"Karena ini masih sangat riskan kondisi di bawah, karena pembuktian kecurangannya sangat tinggi," ucap Slamet, yang juga tercatat sebagai Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga ini.
Hingga sat ini, Slamet menilai Prabowo mendengarkan saran ulama tersebut. "Ulama menyarankan jangan bertemu dulu, biarkan fokus dengan pekerjaannya masing-masing dan alhamdulillah beliau ikut saran itu demi kebaikan bersama."
Pertemuan Jokowi dan Prabowo ramai diserukan para tokoh belakangan ini. Seusai pertemuan di rumah dinas Wapres JK Senin malam lalu, sejumlah tokoh mendorong agar Jokowi dan Prabowo segera bersua. Beberapa tokoh yang hadir di antaranya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Ada pula Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid dan Sekretaris Jenderalnya Anwar Abbas, Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar, Ketua Ikatan Cendikawan Muslim Indonesia Jimly Ashidiqqie, hingga Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Syafruddin.
Menurut JK, Jokowi dan Prabowo bukan musuh sehingga tak perlu berkomunikasi lewat penghubung. Sebelumnya, Jokowi menugasi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan untuk menemui Prabowo.
"Tidak perlu mediator, pertemuan saja. Ini kan tidak ada lagi musuh, sudah habis musuhnya. Tinggal pertemuan saja agar masyarakat bisa lebih tenang," kata JK keesokan harinya di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Selasa, 23 April 2019.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | EGI ADYATAMA