TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei dari Financial Times (FT) Confidental Research yang dirilis hari ini, 11 April 2019, di laman resmi mereka, menunjukkan kemungkinan calon presiden inkumben, Joko Widodo atau Jokowi menang dalam Pilpres dengan selisih tipis. Menurut survei ini, meski elektabilitas Jokowi jauh memimpin di berbagai hasil sigi, namun faktor swing voters dan sejarah berkata lain.
Baca juga: Kubu Jokowi Akui Ada Dinamika Elektabilitas Menjelang Pencoblosan
Elektabilitas Jokowi - Ma’ruf Amin, dalam beberapa hasil lembaga survei memang cukup jauh dari rivalnya. Hasil survei FT sendiri, menunjukkan 52,6 persen untuk Jokowi - Ma’ruf dan 32,3 persen untuk Prabowo - Sandiaga Uno.
Namun menurut peneliti FT, Andi Haswidi, swing voters jadi salah satu faktor mengapa hasil pilpres sulit diprediksi. Swing voters dalam survei mereka cukup besar, yakni 33,5 persen. “Swing ini memang pada intinya bisa berubah pilihan kapan saja. Dan itu yang kami temukan di survei kemarin,” ujar Andi saat dihubungi Tempo, Kamis 11 April 2019.
Sementara itu capres kubu oposisi, Prabowo Subianto, ia sebut mendapat momentum dari swing voters ini. Pasalnya, belakangan cukup banyak berita miring untuk Jokowi yang menggoyang jalan inkumben menuju periode kedua.
Baca Juga:
“Berita buruk ini secara fundamental tidak masif. Tapi tetap akan mempengaruhi pendapat orang-orang,” tuturnya.
Sebanyak 23,2 persen pendukung Jokowi menyatakan dapat mengubah dukungan. Pendukung Prabowo sebanyak 25,1 persen menyebut bisa jadi mengubah dukungan. Adapun 87,4 persen yang kini memilih golput, menyatakan bisa jadi memutuskan untuk menetapkan dukungan.
Faktor lain, kata Andi, yang menyebutkan Pilpres sulit diprediksi adalah pengalaman pemilu sebelumnya. Ia mencontohkan pada Pilkada DKI Jakarta 2017, banyak lembaga survei yang menyebut Basuki Tjahaja Purnama atau BTP dan Anies Baswedan, akan memiliki selisih tipis.
Baca juga: Alasan TKN Jokowi-Ma'ruf Tak Publikasikan Hasil Survei Internal
“Namun hasilnya Anies Baswedan terpilih sebagai Gubernur dengan selisih besar,” kata Andi.
Survei ini dilakukan pada Maret - April 2019, dengan 1.000 responden di 35 daerah urban di Indonesia. Tingkat kepercayaan survei 95 persen, dan margin of error 3 persen.