TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, mengucapkan beberapa pernyataan yang menarik perhatian publik saat berpidato di acara Gerakan Elaborasi Rektor, Akademisi Alumni, dan Aktivis Kampus Indonesia di Balai Kartini, Jakarta, Jumat malam, 5 April 2019.
Baca: Diisukan Sakit, Prabowo Tampil Berapi-api di Balai Kartini
Di depan hadirin, Prabowo mengakui soal keterbatasan dana kampanye hingga menyingung mundurnya Presiden Soeharto. Berikut tiga pernyataan Prabowo tersebut.
- Mengakui Tak Punya Uang untuk Pasang Banyak Baliho
Prabowo menceritakan dirinya pernah disindir salah satu tokoh karena tak memiliki baliho di beberapa daerah. Ia pun mengakui dirinya memang tak punya uang untuk membuat banyak baliho.
"Dulu, pernah ada yang nyindir, ada salah satu tokoh, 'Prabowo, kok di daerah enggak ada baliho Prabowo - Sandi?', Saya jawab, 'Benar Pak, enggak ada balijo karena kami memang enggak punya uang'," tutur Prabowo.
Ia mengatakan, sejak awal ia dan Sandiaga Uno memulai perjuangan dengan 'paheli' alias paket hemat sekali. "Reaksi rakyat? Orang kecil yang kirim uang," kata Prabowo.
Capres nomor urut 02 itu menyebut bahwa baliho dirinya dan Sandiaga sebenarnya ada di hati rakyat pendukungnya. "Tapi saya bilang, kok rasanya baliho saya ada di hati rakyat saya," ucapnya.
- Senang KPK Mengakui Ada Kebocoran Anggaran Negara
Prabowo mengatakan dirinya kerap diejek oleh sejumlah orang lantaran menyampaikan soal kebocoran anggaran negara mencapai Rp 1.000 triliun. "Saya mengatakan kebocoran minimal Rp 1.000 triliun. Saya diejek, dihina," ujarnya.
Baca: Kerap Dihina, Prabowo Senang KPK Sebut Ada Kebocoran Anggaran
Namun, dia melanjutkan, pada 1 April 2019 lalu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan mengatakan bahwa masih ada kebocoran pendapatan pemerintah Indonesia. Basaria mengatakan, pemerintah seharusnya menerima total pendapatan Rp 4.000 triliun.
"Salah satu pimpinan KPK menyatakan bahwa sebenarnya kebocoran yang dihitung oleh KPK itu Rp 2.000 triliun," ucap Prabowo.
Ia bahkan mengaku senang dengan adanya pengakuan dari pimpinan KPK tersebut. "Dua hari ini saya merasa sangat bahagia karena KPK punya dua kali hitungan saya," katanya.
- Mengaku Pernah Menyarankan Presiden Soeharto Mundur
Prabowo menuturkan dirinya pernah menyarankan kepada Soeharto mundur dari jabatan presiden pada era reformasi 1998-1999. Saat itu, di Indonesia tengah terjadi gejolak dan banyak demonstrasi mahasiswa di mana-mana yang mendesak Soeharto mundur karena dianggap sudah tak mampu lagi memimpin setelah 32 tahun berkuasa.
Baca juga: Cerita Prabowo Sarankan Soeharto Mundur dari Jabatan Presiden
"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Bukan karena saya tidak loyal pada Pak Harto, justru karena saya loyal pada Pak Soeharto, justru karena saya cinta sama Pak Harto," ucap Prabowo.
ANDITA RAHMA | BUDIARTI UTAMI PUTRI