TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin, Usman Kansong, mengatakan kubunya tidak memiliki cap atau stempel bergambar jempol. Ia menyebut amplop serangan fajar bercap jempol milik anggota DPR Bowo Sidik Pangarso, tidak ada kaitannya dengan Pilpres.
"Kami tidak punya stempel (jempol), atau alat peraga kampanye. Salam jempol itu kan untuk kampanye saja," kata Usman saat dihubungi Tempo, Rabu, 3 April 2019.
Berita terkait: KPK: Ada Cap Jempol di Amplop Serangan Fajar Bowo Sidik
Bowo Sidik Pengarso, kader Partai Golkar, diciduk KPK dalam operasi senyap 27-28 Maret silam di Jakarta. KPK kemudian menetapkan Bowo sebagai tersangka penerima suap dari Manajer Marketing PT Humpuss Transportasi Kimia. KPK menyangka Bowo menerima duit ratusan juta rupiah dari perusahaan kapal itu.
Dalam operais ini KPK mengamankan 82 kardus dan 2 kontainer plasti berisi amplop uang. Diduga amplop uang tersbeut akan digunakan untuk “serangan fajar” sesaat menjelang hari pencoblosan 17 April.
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK mengungkap ada simbol jempol dalam amplop serangan fajar milik Bowo itu. Juru bicara KPK, Febri Diansyah, mengatakan lambang berbentuk jempol itu ditemukan dalam tiga kardus amplop yang sudah dibuka KPK.
Sejauh ini, KPK baru membuka tiga kardus, dari 82 kardus dan dua kontainer plastik berisi amplop yang disita KPK dalam kasus Bowo. Namun, Febri belum mau menjelaskan detail bentuk cap jempol itu dan letak cap tersebut di dalam amplop.
Dalam konteks pemilu, jempol kerap diidentikan dengan pasangan calon Jokowi - Ma'ruf. Pasalnya salam jempol kadung digunakan untuk simbol dukungan bagi mereka, melambangkan nomor urut 01.
TKN menyayangkan sumirnya informasi yang diberikan KPK. Usman pun meminta KPK membuka secara jelas, apa yang dimaksud cap jempol tersebut. Direktur Pemberitaan Media Indonesia ini mengatakan informasi tersebut dapat menimbulkan spekulasi bahwa cap jempol, terasosiasi dengan salam jempol milik TKN.
"Ini yang saya kira tidak elok. KPK menyatakan sesuatu seperti itu. Sesuatu yang belum clear tapi sudah diumbar," tuturnya.
Sejauh ini KPK menduga Bowo Sidik Pangarso menyiapkan amplop tersebut untuk kepentingan serangan fajar pemilu legislatif. Bowo merupakan caleg inkumben dari Partai Golkar untuk daerah pemilihan Jawa Tengah II.
Febri mengatakan KPK belum menemukan dugaan lain terkait serangan fajar yang disiapkan Bowo. "Kami tegaskan tidak ada keterkaitan dengan kepentingan lain, berdasarkan fakta hukum yang kami temukan saat ini," kata dia.
FIKRI ARIGI | ROSSENO AJI