TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Informasi Publik Partai Gerindra Dirgayuza Setyawan mengatakan calon presiden 02 Prabowo Subianto tidak anti terhadap globalisasi. Namun, dia mengatakan Prabowo bakal mengedepankan kepentingan Indonesia terlebih dulu.
Dirgayuza mengakui Prabowo menuai kritik karena melontarkan slogan "Indonesia First" yang dinilai meniru Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Menurut Dirgayuza, Prabowo pada dasarnya mengusung prinsip Indonesia harus bersahabat dengan siapa saja. "Prinsipnya one thousand friends is too few, one enemy is too many. Tapi dalam berdagang, berpolitik internasional, ya kepentingan Indonesia dulu," kata Dirgayuza kepada Tempo, Kamis, 28 Maret 2019.
Baca: Kampanye Terbuka Bandung, Prabowo Lempar ...
Dirgayuza mengatakan perdagangan dalam konteks globalisasi adalah keniscayaan. Dia mengklaim Prabowo - Sandiaga Uno juga memiliki visi agar Indonesia juga bisa menjadi eksportir di bidang pangan dan energi terbarukan.
Menurut Dirgayuza, Indonesia bisa kuat di arus globalisasi ini jika memiliki daya tawar yang kuat. Itulah sebabnya Prabowo - Sandiaga ingin memperbaiki perekonomian Indonesia agar kuat di kancah internasional. "Hanya dengan ekonomi yang kuat kita punya daya tawar kuat," kata dia.
Peneliti Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) Andrew Wiguna Mantong sebelumnya mengatakan isu globalisasi dan populisme penting untuk dibicarakan dalam debat keempat, Sabtu besok, 30 Maret. Andrew mengatakan setidaknya ada empat aspek dari globalisasi, yakni perdagangan, produksi, keuangan, dan mobilitas manusia. "Ini yang harusnya langsung ditanyakan kepada kandidat, bagaimana menurut mereka globalisasi itu baik atau buruk, menguntungkan atau merugikan," kata Andrew kepada Tempo, Rabu, 27 Maret 2019.
Baca: Hasil Survei 5 Lembaga Soal Elektabilitas Jokowi dan Prabowo
Andrew juga menyinggung populisme yang menguat di kancah global saat ini. Menurut dia, para kandidat, baik Joko Widodo maupun Prabowo harus menjelaskan bagaimana akan bersikap. Di tataran regional ASEAN pun kini sejumlah negara juga bergerak ke arah perekonomian tertutup. "Apakah nanti semuanya mau bergerak ke arah Trump, ke arah-arah populis seperti Duterte (Presiden Filipina). Itu akan sangat ditentukan bagaimana masing-masing pihak membangun retorikanya," kata dia.
Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga, Sudirman Said juga menampik sebutan Prabowo akan membawa Indonesia ke arah populisme seperti yang saat ini sedang tren di berbagai belahan dunia. Menurut dia, Prabowo adalah seorang nasionalis meski latar belakangnya membuatnya memiliki perspektif global. "Sekarang pun (Prabowo) sangat sering berinteraksi dengan komunitas global, meskipun beliau akan membela kepentingan nasional tapi tahu bagaimana berinteraksi dengan dunia," kata Sudirman.