TEMPO.CO, Jakarta - Analis Politik Esposit Strategic Arif Susanto menilai militansi pendukung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno lebih kuat daripada pasangan Jokowi - Ma'ruf menjelang pemilihan presiden 2019. Buktinya, kata Arif, terpotret dari hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan elektabilitas Prabowo merangkak naik sementara suara Jokowi turun dari survei terakhir pada Oktober 2018.
Baca: Litbang Kompas Prediksi Suara Jokowi Tak Lebih dari 60 Persen
Dengan kata lain, dia melanjutkan, jika tidak berhasil mengimbangi militansi tersebut, maka berpotensi menggoyang posisi petahana. Arif menilai kubu Jokowi menggunakan strategi yang salah dengan melawan militansi dengan militansi yang tak sebanding. "Strategi yang lebih baik seharusnya dengan kreativitas. Sebab ceruk pemilih Jokowi saat ini, cenderung pemilih yang rasional," ujar Arif.
Peneliti Litbang Kompas Toto Suryaningtyas mengatakan, militansi pendukung Prabowo juga terpotret saat melakukan survei. Hanya saja, kata dia, tingkat militansi tersebut tidak terukur dengan angka. Toto mengatakan, alasan pemilih Prabowo lebih militan karena narasi yang diciptakan kubu 02 ini lebih mengena.
"Narasi tentang perjuangan kelas bawah dan isu ketidakadilan yang dimainkan 02 ini masuk ke pikiran masyarakat," ujar dia.
Militansi pendukung 02 tersebut, menurut Toto, juga bisa terlihat dari elektabilitas Prabowo yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sementara, elektabilitas Jokowi cenderung menurun. Sebelumnya Litbang Kompas, seperti diberitakan Kompas.com, merilis hasil survei yang dilakukan pada 22 Februari 2019-5 Maret 2019. Hasilnya elektabilitas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno, semakin tipis.
Baca: Target Menang Tebal, Jokowi Kampanye Terbuka di Jawa Timur
Elektabilitas Jokowi - Ma'ruf berada di angka 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Adapun, 13,4 persen responden menyatakan rahasia.