TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi menjawab tudingan dirinya antek asing dalam pidato politiknya di depan ribuan masa yang memadati deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan Kota Bandung, Ahad, 10 Maret 2019.
Baca: Jokowi dan Sandiaga di Bandung, Pengamat: Jawa Barat Strategis
“Isu yang masih juga dibawa mengenai Presiden Jokowi itu antek asing, antek asing, antek asing, antek asing. Perlu saya sampaikan, ini akan saya ulang terus menerus di mana-mana,” kata Jokowi.
Jokowi membeberkan sejumlah capaiannya selama menjabat presiden. Pada tahun 2015, dia mengatakan sudah mengambil alih kepemilikan Blok Mahakam yang sebelumnya dikuasai oleh Total dan Inpac lebih dari 50 tahun. “Sudah 100 persen saya serahkan pada Pertamina,” kata dia.
Lalu pada tahun 2018, Blok Rokan di Riau yang 90 tahun lebih dikelola Chevron, perusahaan migas asal Amerika Serikat, juga pengelolaannya sudah diserahkan pada Pertamina. “Yang namanya blok Rokan di Riau, yang sudah dikelola oleh Chevron, Amerika, lebih dari 90 thaun, sudah 100 persen dimenangkan Pertamina,” kata Jokowi.
Terakhir soal penguasaan 51,2 persen saham Freeport oleh PT Inalum. “Di Desember 2018, yang namanya Freeport, sudah mayoritas 51,2 persen sudah kita pegang sekarang ini, dikelola oleh PT Inalum,” kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, meski begitu ia masih saja dituduh antek asing. “Begitu kami yang ngambil, yang ngambil, yang ngambil, malah dituding-tuding antek asing. Dipikir mudah mengambil alih seperti itu, dipikir gampang, dipikir mudah, dipikir gampang. Kalau mudah dan gampang, sudah sejak dulu itu di ambil alih,” kata dia.
Simak juga: Mangkrak 15 Tahun, Jokowi Ambil Alih Terowongan Nanjung
Jokowi mengaku, pengambilalihan itu tidak gampang. “Sangat sulit sekali, dan sangat tidak mudah. Oleh sebab itu, saya sebetulnya diam, tidak pernah bicara mengenai pengambilalihan itu, tetapi karena saya dituduh antek asing, saya jawab sekarang,” kata dia.