TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Moeldoko, mengatakan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi, tidak bermaksud menyerang pribadi lawannya, Prabowo Subianto, saat menyinggung kepemilikan ratusan ribu hektare lahan dalam debat capres kedua, Ahad lalu. Menurut dia, Jokowi hendak memberi contoh tentang model redistribusi aset yang tidak ingin dilakukannya.
Baca juga: Timses Anggap Gaya Ofensif Jokowi Menguntungkan
"Pak Jokowi kan katakan saya ingin membagikan ke masyarakat kecil-kecil, saya tidak ingin bagikan yang besar-besar seperti contoh yang Pak Prabowo miliki, yang luasnya sekian. Itu contohnya, itu konteksnya, hanya contoh, jadi gak ada keinginan untuk menyerang," kata Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 19 Februari 2019.
Moeldoko menuturkan alasan Jokowi menyinggung soal tanah Prabowo karena saat itu sedang membahas reforma agraria. Namun lantaran waktunya yang terbatas penjelasan Jokowi jadi tidak lengkap.
Kepala Staf Presiden itu berujar dalam reforma agraria dikenal perhutanan sosial dan redistribusi aset. Perhutanan sosial berarti pemerintah mengizinkan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan negara untuk menggarap lahan selama 35 tahun.
Sementara redistribusi aset, kata Moeldoko, negara saat ini sedang mengambil alih tanah-tanah yang selama ini berstatus hak guna usaha tapi tidak produktif untuk dibagikan ke masyarakat. "Ada yang luasnya 1 hektare, 2 hektare, dan sekarang sudah ada 37 ribu bidang," ucapnya.
Baca juga: Singgung Tanah Prabowo, Jokowi Dilaporkan ke Bawaslu
Sebelumnya, berdasarkan sejumlah pemberitaan, Tim Advokat Indonesia Bergerak (TAIB) melaporkan Jokowi ke Bawaslu, kemarin. Mereka menilai Jokowi melanggar aturan pemilu karena menyerang pribadi Prabowo lewat kala menyinggung soal kepemilikan lahan ketua umum Partai Gerindra itu di Kalimantan Timur seluas 220 ribu hektare dan 120 ribu hektare di Aceh Tengah.