TEMPO.CO, Jakarta - Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai gaya ofensif calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi sebagai langkah bagus. Gaya ofensif itu dianggap sebagai respon atas tuduhan-tuduhan miring terhadap Jokowi.
"Selama ini kan beliau dianggap diam. Dituduh PKI, antek asing, macam-macamlah ya. Saya pikir ofensif itu penting," kata Pangi kepada Tempo, Sabtu, 9 Februari 2019.
Baca:Jokowi Batalkan Remisi Pembunuh Wartawan Bali
Meskipun demikian, Pangi mengatakan gaya ofensif Jokowi musti dibarengi dengan narasi-narasi yang telah diperhitungkan sebelumnya. Jika gaya ofensif Jokowi dilakukan dengan pengelolaan isu yang salah, kata dia, maka bisa menjadi blunder.
Pangi mencontohkan pidato Jokowi yang menyebutkan gaya narasi lawannya, Prabowo Subianto, sebagai 'propaganda Rusia' sebagai salah satu blunder Jokowi. "Rusia yang dapat getahnya, Rusia yang meradang."
Ggaya ofensif Jokowi itu juga merupakan cara inkumben mengklarifikasi apa 'semburan hoax' dari lawan politiknya. "Gaya Pak Prabowo belakangan ini juga selalu ofensif dengan menyemburkan hoax ke kubu Pak Jokowi.” Prabowo menyemburkan fitnah, menyemburkan semua infrastruktur, soal sepinya orang pakai jalan tol, menyemburkan soal orang di bandara sepi. Artinya yang dibanggakan dari Jokowi, dibantah dengan mengatakan itu tidak berhasil. "Nah lama-lama ini kan (Jokowi) gondok juga, nggak nahan juga. Akhirnya beliau melakukan ofensif, serangan balik."
Baca: Survei Internal, Kubu Prabowo: Elektabilitas Nyaris Salip Jokowi
Pangi juga mengatakan respon ofensif ini juga merupakan bentuk kecemasan kubu Jokowi yang khawatir opini-opini yang dibangun kubu Prabowo menjadi fakta di masyarakat. "Dia (Jokowi) takut dengan pendekatan seperti ini, post truth, opini-opini yang dipaksa seperti pembenaran bagi Prabowo."
Pangi mengatakan hal yang sama dilakukan oleh Trump dengan cara menyalahkan kebijakan dan program Barrack Obama. Trump juga menyerang isu Islam populisme. “Itu yang mungkin (dicemaskan) bisa terjadi."