TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi mengaku kerap mendapat tekanan ketika disebut sebagai antek asing. Padahal menurut dia, ia telah menjalankan berbagai program yang justru mendorong pengelolaan oleh negara sendiri.
Baca juga: TGB Ungkap Kesaksian Yusuf Mansur soal Ibadah Jokowi
Ia mencontohkan Blok Migas Mahakam, yang akhirnya dikelola oleh Pertamina (Persero) di bawah pemerintahannya. Selain itu ia juga mengungkit divestasi PT Freeport Indonesia yang selesai di akhir tahun lalu.
"Dipikir gak ada intrik politik gini, gak ada tekannan politik semua nekan sana sini. Dipikir mudah gampang," kata Jokowi saat menghadiri deklarasi dukungan Alumni Trisakti terhadap Jokowi - Ma'ruf Amin, di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 9 Februari 2019.
Jokowi mengatakan pengambilalihan ini tak mudah. Untuk negosiasi divestasi saham PT Freeport Indonesia sebesar 51,23 persen oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) saja membutuhkan waktu 4 tahun.
Meski begitu, Jokowi mengatakan tekanan itu dihadapi dengan santai. "Untungnya saya ini kurus. Jadi kalau disodok dari kanan saya bisa hindar kiri, disodok dari depan hindar ke belakang," ujar Jokowi berseloroh.
Baca juga: Jokowi: Saya Bukan Pemimpin Diktator dan Tak Punya Luka Masa Lalu
Jokowi mengatakan selama ini memilih untuk lebih banyak diam meski mendapat tudingan antek asing. Namun dalam deklarasi itu, ia menjelaskan langkahnya selama ini yang justru mengambil alih kepemilikan asing di aset-aset Indonesia.