TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding, mengklarifikasi ucapan 'propaganda Rusia' yang disampaikan Jokowi saat menghadiri kegiatan deklarasi Forum Alumni Jawa Timur di Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu pekan lalu, 2 Januari 2019. Menurut Karding, Jokowi menggunakan istilah itu untuk mengkritik politikus hipokrit bukan untuk menyerang Rusia sebagai suatu negara.
"Ditujukan kepada individu yang bekerja sebagai konsultan politik namun menerapkan strategi yang jauh dari nilai demokrasi dan adab budaya bangsa Indonesia." Karding menyampaikannya dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 Februari 2019.
Baca:Bantah Gunakan Konsultan dari Rusia, Prabowo: Bayarnya Mahal
Karding meminta pernyataan Jokowi ini dipahami sebagai kritik kepada pihak yang kerap menyuarakan slogan antiasing tapi menjadikan pihak asing sebagai konsultan politik. "Orang yang gemar meneriakkan jargon antiasing namun menggunakan jasa konsultan asing Rusia menunjukan karakternya yang hipokrit."
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini menjelaskan politikus berkarakter hipokrit itu mudah mengkhianati ucapannya. Sebabnya, kata dia, akan mudah pula mengkhianati bangsa dengan menyerahkan kepentingan negara kepada pihak asing.
Selain itu, Karding meminta ucapan Jokowi ditangkap sebagai ungkapan kekhawatiran atas situasi politik saat ini. Menurut dia, kontestasi pemilihan presiden menciptakan friksi di antara anak bangsa. Friksi itu salah satunya terjadi karena strategi politik kotor dari lawan-lawannya yang mau melakukan apa saja demi meraih kekuasaan termasuk memfitnah, mengadu domba, dan memprovokasi masyrakat.
Baca: Pengamat: Publik Lebih Menyukai Gaya Jokowi yang Kalem dan Alami
Ia menilai ucapan Jokowi sebagai peringatan agar kritis terhadap berbagai informasi. Alasannya di era post truth seperti sekarang ini, kebenaran sering bukan soal fakta melainkan dari siapa kebenaran itu diucapkan. "Selama ucapan datang dari pendukungnya maka itu adalah kebenaran. Sebaliknya jika itu datang dari musuh maka sudah pasti kebohongan. Inilah yang Pak Jokowi tidak inginkan," ujarnya.
Ia menuturkan selama Jokowi memimpin Indonesia, pemerintahannya berhubungan baik dengan Rusia. Ia pun berharap agar urusan pemilihan presiden tidak merusak hubungan bilateral ini.