2. Hentikan Semburan Kedustaan
Jokowi juga mengatakan saat ini banyak semburan firnah terjadi di mana-mana, khususnya media sosial. Beberapa semburan fitnah itu, Jokowi menyebutkan ketika ada tuduhan antek asing, PKI, hingga anti-ulama.
Selain itu, Jokowi juga menyinggung kasus hoaks penganiayaan kepada Ratna Sarumpaet. Ia berharap masyarakat tidak terus-terusan disuguhi kebohongan. "Ada timses yang mukanya babak belur. Semua konpers kriminalisasi-kriminalisasi. Itu untuk menyudutkan saya bahwa yang menganiaya itu dari kita. Untungnya Mbak Ratna Sarumpaet jujur. Saya berteman lama. Berani dan jujur. Ya sudah kalang kabut lagi," ujar Jokowi
Jokowi memberikan contoh kebohongan lainnya yang sempat beredar, yaitu 7 kontainer surat suara sudah dicoblos. Selang darah di RSCM yang dipakai 40 kali sebelumnya dilontarkan calon presiden 02, Prabowo Subianto.
3. Sebut Ada Propaganda Rusia dan Tuding Balik Kubu Lawan Antek Asing
Jokowi juga menuding balik pihak yang menuduhnya antek asing juga merupakan antek asing. "Jangan begitu dong. Maksudnya, jangan nunjuk-nunjuk orang antek asing padahal dia antek asing itu sendiri," kata Jokowi saat bertemu relawan Sedulur Kayu dan Mebel Jokowi di De Tjolomadoe Karanganyar, Jawa Tengah, Ahad, 3 Februari 2019.
Simak juga: Jokowi Sindir Prabowo: Sri Mulyani Menteri Kebanggaan Indonesia
Soal dominasi asing dalam ekonomi, kerap diutarakan capres 02, Prabowo Subianto. Rival Jokowi itu kerap mengatakan ekonomi Indonesia lemah karena kekayaan negara tidak berada di tangan rakyat.
Jokowi balas mengatakan, jasa konsultan atau antek asing malah digunakan kubu lawan dalam pemilihan presiden saat ini. Jokowi menilai ada pihak yang menggunakan propaganda Rusia untuk memutarbalikkan fakta.
Propaganda Rusia yang dimaksud adalah teknik firehose of falsehood atau selang pemadam kebakaran atas kekeliruan yang dimunculkan oleh lembaga konsultasi politik Amerika Serikat Rand Corporation pada 2016.
"Cara-cara politik seperti ini harus diakhiri, menyampaikan semburan dusta, semburan fitnah, semburan hoaks, teori propaganda Rusia yang kalau nanti tidak benar, lalu minta maaf. Akan tetapi, besoknya keluar lagi pernyataan seperti itu, lalu minta maaf lagi," kata Jokowi di Kantor Redaksi Jawa Pos, Graha Pena, Surabaya, Sabtu, 2 Februari 2019.