TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, menyindir lawannya di pemilihan presiden, Sandiaga Uno, terkait wacana menjadikan Indonesia pusat ekonomi halal dunia. Menurut Ma'ruf, gagasan calon wakil presiden nomor urut 02 itu sudah ia lakukan terlebih dahulu.
Baca: Ma'ruf Amin: Jokowi Bangun Jalan Tol, Yang Tak Tahu Berarti Tidur
"Ada yang bilang nanti katanya akan menjadikan halal dunia. Saya bilang telat ente," katanya dalam acara istigasah bersama Nahdliyin di Gelanggang Remaja Jakarta Pusat, Senen, Jakarta, Sabtu, 2 Februari 2019.
Dalam kesempatan itu, Ma'ruf memamerkan kiprahnya bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) selama ini. "Saya bersama MUI sudah 24 tahun ngurusin halal," tuturnya.
Ma'ruf menuturkan saat ini standard halal Indonesia sudah menjadi standard halal untuk seluruh dunia. Selain itu, Indonesia telah memiliki Undang-Undang tentang Jaminan Produk Halal yang mengatur setiap produsen wajib membuat sertifikat halal. "Tidak lagi sukarela, tapi mandatori," ucapnya.
Ke depan, ia berjanji untuk mendorong terwujudnya undang-undang tentang ekonomi syariah. Hal ini pula, kata Ma'ruf, yang menjadi salah satu alasan ia mau menerima pinangan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon wakil presidennya.
Sebelumnya, Sandiaga mengatakan Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi halal dunia. Syaratnya, kata dia, rakyat Indonesia harus menjadi pelaku utama industri halal di negeri sendiri.
"Ekonomi Halal ini dahsyat potensinya. Pasarnya mencapai 1,8 miliar populasi muslim di dunia," kata Sandiaga pada acara 'Inisiatiif Indonesia Menang Pusat Ekonomi Halal Dunia' di Hutan Kota Sangga Buana, Jakarta Selatan, kemarin.
Baca: Di depan Nahdliyin, Ma'ruf Amin Tepis Isu Jokowi Anti Ulama
Dia mengingatkan, jangan sampai Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar dunia tidak mampu memanfaatkan kesempatan untuk menjadi pusat ekonomi halal. Bahkan negara lain yang sedikit populasi muslimnya, seperti Thailand, Korea, dan Jepang sudah serius menggarap ekonomi halal yang potensinya ditaksir mencapai Rp 3.300 triliun.