TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman mengungkapkan dirinya pernah mendengar cerita dari tim Direktorat Materi dan Debat Badan Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ihwal jawaban Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat diminta berkampanye untuk pemilihan presiden. Menurut cerita, kata Sohibul, SBY menjawab bahwa Demokrat masih berjuang untuk pemilihan legislatif.
Baca: SBY Kampanye Prabowo Maret 2019, Demokrat: Saat yang Tepat
"Jawaban Pak SBY adalah, kami sedang setengah mati memikirkan, memperjuangkan bagaimana Demokrat bisa eksis," kata Sohibul di acara Konsolidasi Nasional Anggota Dewan Perwakilan Rakyat-Dewan Perwakilan Rakyat Daerah PKS di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2019.
Saat dikonfirmasi, Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, mengatakan bahwa tim materi bertemu dengan SBY hanya untuk membicarakan materi debat. Kata dia, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani yang sebelumnya pernah membahas kampanye SBY untuk pilpres.
Namun, secara substansial, menurut Ferdinand, sikap Demokrat yang berkampanye pileg lebih dulu itu sudah kerap dikemukakan sebelumnya. "Itu kan bukan rahasia, sudah sering disampaikan juga," kata Ferdinand saat dikonfirmasi, Rabu, 30 Januari 2019.
Calon Presiden Prabowo Subianto (kedua kiri), Ketua BPN Prabowo-Sandi Djoko Santoso (kiri) disambut oleh Ketua Umum Partai Demokrat SBY (tengah), Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kedua kanan), dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan (kanan) saat berkunjung di Kediaman SBY di, Jakarta, Jumat, 21 Desember 2018. TEMPO/M Taufan Rengganis
Dalam pelbagai kesempatan sebelumnya, SBY mengatakan Demokrat akan fokus memenangkan pileg 2019 terlebih dulu. Dia juga menyatakan akan turun berkampanye untuk Prabowo dan Sandiaga pada Maret 2019.
Baca: SBY Tak Hadir di Debat Capres, Demokrat: Sudah Ada AHY
Dari informasi terkait jawaban SBY yang dia dapat itu, menurut Sohibul, terlihat betapa sulitnya perjuangan partai-partai yang tak memiliki calon presiden dan wakil presiden di pemilihan umum serentak ini. Kata dia, efek ekor jas atau coattail effect dari calon presiden dan wakil presiden hanya didapat oleh partai asal para kandidat.
Dalam hal ini, coattail effect hanya dinikmati Partai Gerindra yang merupakan partai asal Prabowo-Sandiaga, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menyorongkan Joko Widodo, dan Partai Kebangkitan Bangsa yang diidentikkan dengan Ma'ruf Amin.
Sohibul melanjutkan, bagi partai-partai lain, memasarkan capres-cawapres tak serta merta memasarkan partai. Dia mengakui partainya harus bekerja dua kali lipat di Pemilihan Umum 2019 ini. "Saya kira itu problem bersama partai yang tidak memiliki capres-cawapres sendiri," ujarnya.
Sohibul mengatakan, survei mencatat bahwa ada sekitar 47-52 persen pemilih yang memilih partai yang berbeda dengan pilihan capres-cawapres. Artinya, kata dia, partai-partai pengusung memperebutkan 50 persen suara.
Baca: Demokrat: SBY Akan All Out Kampanyekan Prabowo Maret 2019
Kendati begitu, Sohibul mengatakan PKS akan tetap seimbang dalam upaya pemenangan pileg dan pilpres. Merujuk survei, Sohibul berujar 85 persen pemilih memikirkan pilpres. Dia mengatakan partai hanya mendapat 15 persen pemilih jika hanya berfokus pada pileg.
"Pilpres harus kita menangkan, pileg juga harus kita menangkan. PKS harus naik menjadi partai papan atas dengan minimal 12 persen," kata Sohibul.