TEMPO.CO, Solo-Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengatakan berkomitmen menjaga pluralisme di Indonesia. Dia menceritakan pengalamannya pernah menjadi kelompok minoritas dalam Dialog Kebhinnekaan di Karanganyar, Jawa Tengah, Senin, 28 Januari 2019. "Saya bersekolah di sekolah Kristen selama tujuh tahun," kata Sandiaga.
Menurutnya saat itu dia menjadi satu dari segelintir siswa muslim di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD). Saat remaja, Sandiaga juga menempuh pendidikan di SMA Pangudi Luhur yang merupakan sekolah Katolik. "Di sana saya juga minoritas," katanya.
Baca: Sandiaga Sebut Eka Tjipta Widjaja Ingatkan Pentingnya Networking
Menurut Sandiaga dia tidak pernah mengalami kesulitan dalam menjalani pergaulan kendati minoritas. Meski beberapa kali berposisi menjadi kelompok minoritas, Sandiaga mengaku tidak pernah mengalami perlakukan buruk atau diskriminatif. "Kuncinya satu, sekolah selalu berusaha mewujudkan rasa keadilan," katanya.
Dia berujar pengalamannya itu akan dibawa dalam memimpin Indonesia jika berhasil memenangkan pemilihan presiden pada April mendatang. "Hak-hak dan kepentingan minoritas harus dilindungi," katanya.
Pemberian perlindungan kepada minoritas menurutnya merupakan amanat dari Undang Undang Dasar 1945. "Kita harus melindungi segenap bangsa Indonesia, bukan hanya mayoritas saja atau minoritas saja," kata Sandiaga.
AHMAD RAFIQ
Simak: Jika Terpilih, Sandiaga Janji Akan Turunkan Ongkos Naik Haji